Portal berita lokal yang menyajikan informasi dari Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan secara cepat, tepat, dan akurat.

Pakaian Bekas yang Masuk ke Indonesia Capai Puluhan Ribu Ton Per Tahun

Pakaian Bekas yang Masuk ke Indonesia Capai Puluhan Ribu Ton Per Tahun
Ilustrasi pakaian bekas dari luar negeri yang masuk ke Indonesia (Tempo.co)

Murianews, Jakarta – Jumlah pakaian bekas dari negara lain yang masuk ke Indonesia mencapai puluhan ribu ton dalam setiap tahunnya. Bahkan menurut data dari Trademaps, pada 2020 pakaian bekas yang diekspor ke Indonesia jumlahnya mencapai 24.040 ton.

Jumlah tersebut kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2021 dengan total pakaian mencapai 27.386 ton. Selanjutnya pada pada 2022 mencapai 25.808 ton.

”Kalau kita lihat di data yang kami kumpulkan, terbanyak dari Malaysia,” kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengutip Tempo.co, Sabtu (1/4/2023).

Baca: Menkop UKM Nilai Impor Pakaian Bekas Rusak Industri Kecil dan Matikan 1 Juta Pekerja

Dia juga mengatakan, sepanjang tiga tahun ini, Malaysia konsisten berada di posisi tertinggi dalam catatan ekspor pakaian bekas ke Indonesia. Pada 2020, Malaysia mengeskpor sebanyak 22.842 ton. Kemudian 25.323 ton pada 2021, dan 24.544 ton pada 2022.

Namun, data tersebut merupakan informasi yang tercatat dari negara pengekspor, bukan data impor yang dimiliki Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor pakaian bekas dari Malaysia pada 2020 hanya 1,98 ton, sedangkan pada 2021 sebanyak 0,60 ton dan 2022 sebanyak 1,65 ton. Selisih data ini disebabkan mayoritas pakaian bekas masuk Indonesia melalui jalur ilegal, sehingga tidak tercatat.

Jemmy pun menyayangkan hal tersebut. Terlebih, tidak jarang pakaian bekas yang masuk Indonesia merupakan pakaian donasi yang sebenarnya diberikan secara cuma-cuma.

Baca: Dilarang Pemerintah, Impor Pakaian Bekas Malah Naik 200 Persen

”Yang benar-benar branded, nggak lari ke kita. Yang dikirim ke kita, yang sudah nggak ada nilainya,” ujarnya.

Pakaian bekas itu pun, lanjut Jemmy, belum tentu semuanya layak pakai. Walhasil, sisanya menimbulkan masalah karena menjadi limbah.

”Recycle tidak mudah dan tidak murah. Kalau mudah, pasti di negara maju sudah dilakukan,” kata Jemmy

Ruangan komen telah ditutup.