Portal berita lokal yang menyajikan informasi dari Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan secara cepat, tepat, dan akurat.

Santri MTs Muhammadiyah Kudus Menapak Tilas Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Santri MTs Muhammadiyah Kudus Menapak Tipas Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Santri MTs Muhammadiyah Kudus saat mengunjungi Langgar Kidoel Hadji Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta. (Murianews/Istimewa)

Murianews, Kudus – Para santri kelas VII dan VIII MTs Muhammadiyah Kudus diajak menapak tilas sejarah berdirinya Muhammadiyah di Yogyakarta. Kegiatan yang dikemas dengan agenda Outing Class itu diselenggarakan Kamis (16/3/2023).

Dalam kegiatan itu, para santri diajak berkeliling di tempat-tempat bersejarah yang berkaitan dengan berdirinya Muhammadiyah. Mulai dari Langgar Kidoel Hadji Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta hingga Keraton Yogyakarta.

Selain itu, para santri yang didampingi para guru juga berkunjung di Taman Pintar dan Malioboro Yogyakarta. Di sana, mereka belajar dengan melihat langsung sisa-sisa sejarah berdirinya Muhammadiyah.

’’Santri tidak hanya mendapatkan pelajaran di kelas. Tapi mereka juga harus mengetahui keadaannya sebenarnya di lapangan,’’ kata M Sulhadi, koordinator Outing Class MTs Muhammadiyah Kudus.

Baca: Pesilat MTs Muhammadiyah Kudus Raih 34 Medali di Kejuaraan Pencak Silat UMKU Championship

Ia menjelaskan, selama kegiatan itu ada empat mata pelajaran yang disampaikan, yakni Kemuhammadiyahan, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Seperti kegiatan mengunjungi Kampung Kauman, para santri bisa belajar langsung pelajaran Kemuhammadiyahan. Di sana, mereka mengelilingi dan mengenal tempat lahirnya Muhammadiyah.

Kemudian, di Keraton Yogyakarta, para siswa juga belajar IPS. Mereka mengenal situs kerajaan Islam yang sekarang masih ada peninggalannya. Keraton Yogyakarta sendiri juga tak lepas dari sejarah berdiri Muhammadiyah.

Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan dulu merupakan seorang Khatib Amin di Masjid Keraton pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Ia menggantikan ayahnya KH Abu Bakar yang meninggal dunia.

’’Sedangkan pelajaran IPA dan Matematika, para santri diajak untuk memahami wahana pembelajaran terapan di Taman Pintar Yogyakarta, yaitu media pembelajaran di Gedung Oval dan Planetarium,’’ kata Sulhadi.

Setelah berkeliling di tiga tempat itu, para santri diajak refreshing untuk berbelanja aneka warna kebutuhan di Malioboro Yogyakarta.

’’Kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan para santri, selain belajar di kelas, juga dapat mengetahui keadaan sebenarnya di lapangan,’’ imbuhnya.

Ruangan komen telah ditutup.