Kampung Budaya Piji Wetan Kudus Kaji Folklor Belik dan Punden

Kirab Pager Mangkok yang digelar di Kampung Budaya Piji Wetan (KBPW) Kudus. (Murianews/Vega Ma’arijil Ula)
Murianews, Kudus – Kampung Budaya Piji Wetan, Desa Lau, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah sedang menggali empat folklor. Kegiatan tersebut untuk melestarikan cerita sejarah di sekitar kawasan muria.
Koordintor Kampung Budaya Piji Wetan, Muchammad Zaini menjelaskan keempat folklor tersebut terdiri dari tiga belik dan satu punden.
Tiga belik tersebut yakni Belik Sendang Kamulyan, Belik Ngecis, dan Belik Serut dan Punden Depon. Lokasi empat objek ini berada di Dukuh Piji Wetan, Desa Lau.
”Saat ini menggali foklor terlebih dahulu. Minimal folklor-folklor di Desa Lau kami petakan dahulu,” katanya, Sabtu (11/3/2023).
Baca: Catat, Ini Even yang Digelar di Taman Menara Selama Dandangan Kudus
Alasan menggali folklor tersebut untuk mengenalkan ke masyarakat sejarah di balik tiga belik dan satu punden tersebut. ”Supaya tidak ada pertentangan seperti apa sejarah yang sebenarnya,” sambungnya.
Menurutnya, folklor harus terus dilestarikan. Pihaknya berkeinginan kajian folklor yang sedang dalam proses penggarapan itu dapat membuat masyarakat merasa memiliki sehingga tidak merusak.
Muchammad Zaini menambahkan, riset sudah dimulai sejak November 2022. Dimulai dari Punden Depok, kemudian berlanjut ke Belik Sendang. Setelahnya berlanjut ke Belik Ngecis dan Belik Serut.
”Kami menggali sejarahnya. Kami dokumentasikan dalam bentuk foto, video, teater, seni rupa, dan seni tari,” ujarnya.
Baca: Ke Dandangan Kudus Bingung Parkir di Mana? Ini Lokasi-Lokasinya
Dia mencontohkan beragam kegiatan yang kerap dilakukan di tiga belik dan satu punden itu. Seperti Belik Sendang yang kerap digunakan untuk mandi setiap 1 Sura.
Lalu ada Belik Ngecis yang terkenal keampuhan airnya. Dari penjelasannya, konon air tersebut berasal dari tongkatnya Sunan Muria.
Sementara Belik Serut diklaim pernah digunakan sebagai tempat penyebaran agama Islam kepada para petani di sekitar belik.
”Punden Depok dulunya sebagai tempat Mbah Sunan Muria mengajar ngaji. Makanya disebut Depok dari kata padepokan,” ungkapnya.
Pengkajian folklor di empat tempat tersebut diprediksi selesai pada September 2023. Setelahnya, pihaknya berencana melanjutkan folklor lainnya di daerah kawasan muria.
Editor: Ali Muntoha
Ruangan komen telah ditutup.