Portal berita lokal yang menyajikan informasi dari Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan secara cepat, tepat, dan akurat.

Info Kampus

Apa Itu Teori Komunikasi Hati yang Digagas Profesor Puji Lestari? (4/5)

Prof Puji Lestari (tengah) berfoto bersama Rektor dan Ketua Senat UPN ’’Veteran’’ Yogyakarta sesaat setelah dikukuhkan sebagai Guru Besar Komunikasi FISIP, Kamis (2/3/2023) lalu. (Istimewa)

Murianews, Sleman – Teori komunikasi hati dimulai dari olah pikir (mengarahkan pikiran ke hal-hal positif) dan olah rasa (mengelola perasaan) dengan mengelola sampah hati menjadi energi positif yang menghasilkan sifat simpati dan perilaku empati yang berdampak pada hidup bahagia serta damai.

’’Memahami komunikasi hati sama dengan melakukan manajemen hati. Seseorang yang melakukan manajemen komunikasi hati mampu merefleksikan dirinya untuk memahami situasi yang sedang dialami,’’ jelas Prof Puji Lestari.

Teori Komunikasi Hati dengan segala bentuk implementasi dalam kehidupan, pada dasarnya bisa menjadi solusi dalam permasalahan komunikasi yang dihadapi.

Komunikasi yang diawali dengan tata kelola hati mampu menjadi solusi dalam proses penyampaian pesan dari komunikator dan bagaimana pesan bisa diterima serta dimaknai oleh komunikan.

Komunikasi hati banyak dikaitkan dengan level komunikasi intrapersonal, sedangkan komunikasi dari hati ke hati berada pada level interpersonal. Kedua level komunikasi ini berkaitan dengan Teori Interaksi Simbolik.

Teori Interaksi Simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol-simbol yang diberi makna, bahwa individu dapat ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Teori Interaksi Simbolik menekankan pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi antara satu individu dengan individu lain.

Sementara Teori Komunikasi Hati lebih menekankan pada bagaimana menciptakan proses komunikasi melalui olah pikir dan olah rasa yang membentuk harmoni dalam hubungan.

’’Kedua teori tersebut memiliki kesamaan fungsi, yaitu digunakan untuk menganalisis secara intrapersonal dan interpersonal,’’ lanjut Prof Puji.

Komunikasi intrapersonal merupakan aspek penting dalam terwujudnya komunikasi yang efektif. Tindakan manusia dikatakan baik apabila tercipta hubungan baik dengan diri sendiri. (Bersambung)

 

Penulis: Ali Muntoha
Editor: Deka Hendratmanto

Ruangan komen telah ditutup.