Portal berita lokal yang menyajikan informasi dari Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan secara cepat, tepat, dan akurat.

Hasbullah, Bek Gajah Mungkur Muria Tama yang Masih Main Sepak bola

Hasbullah Pertahanan Gajah Mungkur Muria Tama yang Masih Main Sepak bola

Hasbullah, mantan bek Gajah Mungkur Muriatama. (Murianews/Zulkifli Fahmi)

MURIANEWS, Kudus – Ada satu pemain yang menjadi menarik perhatian dalam fun football di Lapangan Desa Karangbener, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Usianya jauh di atas rata-rata pemain lainnya. Rambutnya pun sudah memutih. Hampir seluruhnya memutih. Tubuhnya kurus namun tetap tegap.

Soal fisik, ia tak kalah dengan pemain lain yang mungkin berusia 20-40 tahun di bawahnya. Secara teknik, juga tak kalah.

Teknik man to man, intersep, dan umpan-umpan yang memanjakan kawan telihat kalau ia bukan pemain sembarangan. Ialah Hasbullah.

”Sepekan saya bermain bola empat sampai lima kali. Setiap Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Minggu,” kata Hasbullah saat ditemui di Lapangan Desa Karangbener.

Baca: Terjungkalnya Pelita Jaya di Stadion Wergu Wetan Kudus

Murianews pun berkesempatan menemuinya di rumahnya, di Perumahan Muria Indah Blok C Nomo 282. Hasbullah sudah menunggu di depan rumahnya yang sedang direnovasi saat Murianews tiba di sana.

”Maaf ya, agak berantakan di sini. Soalnya, baru diperbaiki. Atapnya pada dimakan rayap,” katanya dengan logat Jakarta.

Pensiunan PT Pura Barutama Kudus itu sedikit merapikan sejumlah barang yang menutupi kursi di teras rumahnya. Ia ditemani istrinya saat menemui Murianews. Sebab, pendengaran Hasbullah sudah berkurang akibat cedera yang didapatkan dalam sebuah pertandingan.

”Ini karena duel udara. Kepala lawan tepat mengenai telinga kanan saya. Waktu itu pertandingan tarkam (antar kampung). Saya sudah tidak lagi bermain di klub professional. Sudah saya periksakan di (RS) Mardirahayu, katanya memang ada kerusakan,” katanya.

Pada Murianews, Hasbullah kemudian menceritakan pengalamannya berkarir sepak bola. Pria yang kini berusia 60 tahun itu pernah malang melintang Liga Galatama.

Liga Galatama merupakan kasta tertinggi sepak bola professional di Indonesia pada masa 80-an. Ia juga pernah merumput bersama tim di Liga Perserikatan Indonesia.

Saat aktif bermain, Hasbullah merupakan tembok pertahanan timnya. Karirnya dimulai dari posisi libero dan kemudian ke center back atau bek tengah.

Karir sepak bolanya dimulai di klub Bina Taruna pada 1981 sampai 1985. Bersama klub itu, Hasbullah meraih juara dalam Kejuaraan Invitasi PSSI di Solo untuk kategori U-17 pada 1984 dan Juara Piala Soeratin DKI Jakarta U-17 di tahun yang sama.

Kemudian selepas lulus SMK, Hasbullah bergabung ke Persewangi Banyuwangi pada1985. Saat itu, dia bermain di klub berjuluk Laskar Blambangan itu sebagai pemain magang.

Petualangan Hasbullah berlanjut di klub Krama Yuda Tiga Berlian yang saat itu berlaga di Galatama. Bersama klub itu, ia menjuarai Galatama dan bermain di Piala Asia.

”Saya di klub Krama Yuda ini statusnya magang. Dari klub ini juga saya bisa kerja di PT Taspen,” terangnya.

Selanjutnya, di tahun 1986-1987 Hasbullah berlabuh ke Persita Tangerang. Saat berseragam Persita, dia berhasil membawa Pendekar Cisadane naik dari Divisi Satu ke Divisi Utama.

”Dari Persita saya kemudian bergabung dengan Gajah Mungkur Wonogiri di tahun 1988. Kemudian di tahun 1989 Gajah Mungkur Wonogiri merger dengan PS Sukun menjadi Gajah Mungkur Muriatama,” terang Hasbullah.

Kemudian, di tahun 1995 Hasbullah merapat ke Persiku. Saat itu, dia juga sudah bekerja di PT Pura Barutama. Itu lantaran gaji saat membela Persiku Kudus tak memuaskan.

”Apalagi saat itu istri sedang hamil dan membutuhkan biaya untuk persalinan,” jelas dia.

Dengan kondisi itu, ia pun mencoba mengikuti tarkam untuk mencari biaya persalinan istrinya. Ia pun mendapatkan izin Riono Asnan, Pelatih Persiku kala itu.

Baca: Gajah Mungkur Muriatama dan Kiprahnya di Galatama (4/4)

Namun, ada seorang pengurus di Persiku yang melaporkannya ke manajer Persiku saat itu. Manajer Persiku kala itu, Amirin kemudian mengambil keputusan sepihak. Ia dicoret dari Persiku Kudus sebelum musim berakhir lantaran dinilai indisipliner.

”Pengurus tidak tahu kalau saya sebenarnya sudah izin coach Riono Asnan kalau ikut tarkam. Kemudian pengurus tersebut lapor ke manajer dan bilang saya hobi tarkam. Padahal saya sudah izin ke pelatih untuk ikut tarkam cari tambahan uang untuk istri yang mau melahirkan anak pertama,” kata Hasbullah.

Petualangannya bersama Persiku pun berakhir, dan Hasbullah memilih gantung sepatu. Setelah itu, ia bekerja di PT Pura Barutama sampai pensiun pada 2017. Namun, ia tidak benar-benar meninggalkan dunia sepak bola.

”Kemudian di 2017-2019 saya melatih di ASTI (Akademi Sepak Bola Tugu Muda Indonesia, red),” ujar pria yang sudah mengantongi Lisensi C kepelatihan itu.

Dari sejumlah klub itu, Gajah Mungkur Muria Tama yang paling berkesan baginya. ”Manajemennya (menunjukkan jempolnya),” ujarnya sambil tersenyum.

Kenangan berkesannya saat bermain bersama Gajah Mungkur Muria Tama yakni saat mengubur mimpi Pelita Jaya di Kompetisi Galatama musim 1992.

Kala itu, Gajah Mungkur Muria Tama berhasil menumbangkan Pelita Jaya dengan skor tipis 1-0. Sejarah itu terukir pada Minggu, 9 Februari 1992.

Dalam pertandingan di Stadion Wergu Wetan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah di atas kertas, Gajah Mungkur Muria Tama dipandang sebelah mata. Namun, gol semata wayang dari kepala Sutamto memupuskan asa Pelita Jaya dalam perburuan gelar juara musim itu.

Sebiji gol itu pun mengubur mimpi Pelita Jaya yang saat itu bersaing merebut gelar juara dengan Arseto Solo. Akibat drama kekalahan di Stadion Wergu Wetan itu, Arseto Solo menjadi juara musim 1992 Galatama.

”Waktu itu di atas kertas, Pelita Jaya lebih diunggulkan. Kami sempat minder waktu melihat pemain Pelita Jaya datang ke Kudus. Namun, rupanya mereka terlalu mengentengkan Gajah Mungkur Muria Tama. Akhirnya, mereka kalah 1-0 dan Arseto Solo yang jadi juara Galatama musim 1992,” kenangnya.

Setelah tidak lagi merumput dan pensiun dari pekerjaannya, Hasbullah masih sibuk dengan dunia sepak bola. Selain masih ikut fun football, ia juga masih melatih di ASTI. Di luar dunia sepak bola, Hasbullah sibuk dengan usahanya membuka kos-kosan serta hobinya dengan komunitas otomotif.

 

Reporter: Vega Ma’arijil Ula
Editor: Zulkifli Fahmi

Ruangan komen telah ditutup.