Jumat, 29 Maret 2024

Terjungkalnya Pelita Jaya di Stadion Wergu Wetan Kudus

Murianews
Kamis, 9 Februari 2023 14:36:24
Kenangan Gajah Mungkur Muriatama saat akan bertanding di Stadion Ngurah Rai , Bali. (Murianews/repro Vega Ma'arijil Ula)
[caption id="attachment_329356" align="alignleft" width="1280"]Terjungkalnya Pelita Jaya di Stadion Wergu Wetan Kudus Kenangan Gajah Mungkur Muriatama saat akan bertanding di Stadion Ngurah Rai , Bali. (Murianews/repro Vega Ma'arijil Ula)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Sebelas tahun lalu, tepatnya Minggu, 9 Februari 1992 menjadi momen tak terlupakan bagi publik sepak bola Kudus. Saat itu, klub raksasa Pelita Jaya tersungkur 1-0 dari Gajah Mungkur Muriatama di Stadion Wergu Wetan Kudus. Di hari itu, Sutamto, Striker Gajah Mungkur Muriatama kala itu menjadi sosok mimpi buruk bagi salah satu raksasa Galatama, Pelita Jaya. Gol dari kepalanya pada pertandingan di Stadion Wergu Wetan Kudus itu, jadi batu sandungan Pelita Jaya dalam perebutan trofi Galatama musim 1992. Padahal, dari sisi pemain, Gajah Mungkur Muriatama jelas-jelas tidak diunggulkan sama sekali. Dari sisi manapun, Gajah Mungkur Muriatama dengan Pelita Jaya bak bumi dan langit. Pelita Jaya sudah diperkuat pemain-pemain top nasional waktu itu. Di antaranya, Bambang Nurdiansyah, Made Pasek, Alexander Saununu, Listianto Raharja, Dony Latuperisa, Ansyari Lubis. Di sisi lain, Gajah Mungkur Muriatama diperkuat Ratmoko, Hasbullah, Jono, Dodo Yuniarto, Sutarman, Aris Budi Sulityo, Yayat Hidayat, Ngadi Permadi, Joko Darmanto, Wahab, Subagyo S, Indiarso, Efendi, Yaya Sunarya, dan Suhadi Bounding. Baca: Gajah Mungkur Muriatama dan Kiprahnya di Galatama (1/4) Tensi pertandingan Gajah Mungkur Muriatama lawan Pelita Jaya sudah panas sejak peluit tanda dimulainya pertandingan. Tim Gagak Rimang, julukan Gajah Mungkur Muriatama yang merasa dianggap enteng ingin menunjukkan jati dirinya dihadapan para pendukungnya yang datang ke Stadion Wergu Wetan Kudus. Sejak kick-off, bola banyak dikuasai oleh para pemain Pelita Jaya. Skuad yang diisi Bambang Nurdiansyah dan Ansyari Lubis cs itu menunjukkan kelasnya sebagai calon juara Galatama musim 1992. Gajah Mungkur Muriatama boleh kalah dalam ball possession. Namun, dari segi penerapan strategi pelatih dan dari segi fisik, anak-anak Gajah Mungkur Muriatama tidak kalah baik. Pelatih Gajah Mungkur Muriatama kala itu, Daniel Roekito pun mewanti-wanti anak asuhnya untuk bermain sabar dan tidak membiarkan bola masuk area pertahanan. ’’Saya masih ingat betul pertandingan itu. Saya minta anak-anak main di tengah dan menunggu mereka (Pelita Jaya, red) melakukan kesalahan. Lawan kita pressure dan serangan balik. Kalau gagal turun lagi,’’ ujar Daniel Roekito. Baca: Gajah Mungkur Muriatama dan Kiprahnya di Galatama (2/4) Jono, salah satu bek Gajah Mungkur Muriatama mendapatkan tugas khusus untuk mengawal pergerakan Bambang Nurdiansyah. Daniel Roekito memintanya selalu menempel ketat pergerakannya. Pada suatu kesempatan, Gajah Mungkur Muriatama mendapatkan momen untuk melakukan serangan balik. Bola dari pemain sayap, kemudian diumpan melambung ke Sutamto yang berdiri di area pertahanan Pelita Jaya. Umpan itu berhasil disambut dengan mulus oleh Sutamto. Tandukan Sutamto berhasil merobek jala Pelita Jaya saat itu. Gol itu disambut riuh para penonton. ’’Kita hampir menang 3-0 kala itu karena punya peluang bagus, anak-anak juga bermain dengan penuh motivasi untuk menang. Tapi, hasil akhir 1-0,” kenang Daniel Roekito. Kekalahan 1-0 dari Gajah Mungkur Muriatama itu membuat Pelita Jaya nelangsa. Tim yang dibesut Benny Dollo kala itu akhirnya gagal finish sebagai juara. Arseto yang akhirnya jadi juara di musim itu. ’’Awalnya saya tidak tahu kalau Arseto dan Pelita Jaya bersaing meraih gelar juara. Saya tahunya tiga bulan setelah pertandingan. Apakah Arseto dan Pelita Jaya atau di atas sana ada taruhan pun saya tidak tahu,’’ kata Daniel Roekito. Baca: Gajah Mungkur Muriatama dan Kiprahnya di Galatama (3/4) Kemenangan itu pun masih membekas di ingatan Sutamto. Pelita Jaya yang di atas kertas lebih unggul dibanding Gajah Mungkur Muriatama. Sutamto sendiri tak percaya jika gol semata wayangnya itu menjadi penentu nasib Pelita Jaya. Kalah di laga krusial itu membuat Pelita Jaya gagal meraih juara Galatama 1992. ’’Pelita jaya menargetkan juara. Di atas kertas kita kalah, karena di sana pemain timnas semua. Ada Bambang Nurdiansyah, Bongo Pribadi, hingga Hery Setiawan. Namun, kami tidak menyerah,’’ ujar Sutamto. Kemenangan Gajah Mungkur Muriatama atas Pelita Jaya menjadi sejarah yang tak pernah dilupakan. Hasil laga itu membuktikan jika sepak bola bukanlah matematika. ’’Akhirnya hasil pertandingan di luar perkiraan semua pihak. Kami akhirnya mampu menang 1-0. Hasil ini membuat Pelita Jaya langsung kehilangan kesempatan mengejar gelar juara,” kata Ratmoko, mantan Kiper Gajah Mungkur Muriatama. Baca: Gajah Mungkur Muriatama dan Kiprahnya di Galatama (4/4) Mantan bek kanan Gajah Mungkur Muriatama, Hasbullah mengatakan, hasil itu juga tak lepas dari kehadiran para penonton di Stadion Wergu Wetan. Kala itu, Stadion Wergu Wetan dipenuhi penonton. Atsmosfer itu lah yang turut membuat para pemain Gajah Mungkur Muriatama makin termotivasi. ’’Dapat hasil maksimal kemungkinan karena dukungan suporter. Kami bermain semangat dan saat itu stadion dipenuhi suporter,’’ imbuhnya.   Reporter: Vega Ma’arijil Ula, Anggara Jiwandhana Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar