Jumat, 29 Maret 2024

Polri: From Hero to Zero, Back to Hero?

Zulkifli Fahmi
Senin, 17 Oktober 2022 06:00:35
Zulkifli Fahmi [email protected]
[caption id="attachment_307204" align="alignleft" width="200"]Polri: From Hero to Zero, Back to Hero? | MURIANEWS Zulkifli Fahmi
[email protected][/caption] SITUASI From Hero to Zero sedang dialami institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Indeks kepercayaan pada institusi ini merosot tajam. Remuk. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai mengumpulkan seluruh Kapolda dan Kapolres di Indonesia di Istana Negara, 14 Oktober 2022 lalu. Salah satu yang jadi sorotan dan pembahasan tentu kepercayaan masyarakat pada kepolisian. Dalam pertemuan itu, indeks kepercayaan masyarakat pada kepolisian sempat berada dipuncak dibandingkan institusi penegak hukum lainnya. Yakni berada di angka 80,2 persen pada November 2022. Kala itu, korps baju cokelat mendapat hati dari masyarakat karena turut serta membantu penanganan pandemi Covid-19. Mulai dari membagikan masker, mengimbau masyarakat terkait protokol kesehatan, turut memberikan bantuan, hingga blusukan menyuntikkan vaksin ke masyarakat. Hasilnya, kepercayaan masyarakat pada institusi Polri cukup baik. Oleh Jokowi, angka 80,2 persen disebut sebagai pemuncak klasmen ketimbang institusi penegak hukum lainnya. Namun, wajah Polri seakan tertampar cukup keras saat kasus FS mencuat. Lebih lagi, dalam kasus pembunuhan itu dibumbui intrik-intrik untuk menutupi kebohongan. Salah satunya, dugaan memutarbalikan fakta peristiwa. Dari peristiwa pembunuhan menjadi adu tembak menembak. ”Begitu ada peristiwa FS (Ferdy Sambo). Runyam semuanya dan jatuh ke angka yang paling rendah,” kata Jokowi dihadapan Kapolda dan Kapolres di seluruh Indonesia, 14 Oktober 2022. Sejak peristiwa itu, kepercayaan publik ke institusi polri langsung terjun bebas di angka 54 persen pada Agustus 2022. Angka itu mungkin bisa kembali melorot. Sebab, muncul dua tragedi yang menyoroti kepolisian di negeri ini. Tragedi Kanjuruhan dan Tragedi Kapolda TM (Teddy Minahasa). Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 Aremania, bahkan beberapa di antaranya ada anak-anak dan perempuan, itu menjadikan kepolisian Indonesia disorot dunia. Bahkan, fans Bayern Munchen menyikapi kasus itu dengan membentangkan spanduk bertuliskan More Than 100 People Killed By The Police, Remember The Dead of Kanjuruhan. Peristiwa di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur itu tak lepas dari tembakan gas air mata yang diarahkan ke tribun penonton. Itu memicu kepanikan penonton untuk segera lekas keluar dari situasi genting tersebut. Sayangnya, pintu keluar sempit dan beberapa bahkan masih ditutup. Hingga akhirnya, para korban saling berhimpitan, dorong mendorong, dan ada juga yang terinjak sampai kehabisan oksigen. Buntut dari peristiwa itu, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta dicopot dan diganti Irjen Teddy Minahasa. Namun, penggantian itu justru belum menyelesaikan masalah di wajah Polri. Sebab, belum juga resmi jadi Kapolda Jatim, Teddy Minahasa justru ditangkap karena narkoba. Bahkan, barang buktinya mencapai 5 kg. Posisi Kapolda Jatim pun langsung diganti Irjen Toni Harmando. Rentetan peristiwa yang menampar wajah Polri itu mungkin jadi keprihatinan Presiden Jokowi hingga seluruh Kapolda dan Kapolres se Indonesia dikumpulkan di Istana Negara. Jokowi meminta Polri segera berbenah diri. Tak hanya perkara kasus-kasus itu saja yang perlu dibenahi, masih maraknya dugaan pungli di institusi Polri juga jadi catatan publik. Jokowi tampaknya butuh wajah Polisi yang dipercaya oleh publik. Bukan perkara Pemilu 2024. Sekali lagi, tampaknya bukan itu. Namun, ada persoalan yang lebih darurat, yakni Resesi 2023. Di mana, pada 2023 diprediksi terjadi krisis ekonomi yang lebih besar ketimbang sebelumnya. Jokowi tampaknya masih sangat membutuhkan bantuan kepolisian. Yakni, dalam menyukseskan upaya Pemerintah Indonesia menghindari terjadinya krisis ekonomi pada Resesi 2023. Jokowi masih mengaca keberhasilan percepatan pengendalian Covid-19 yang tak lepas dari peran serta Polri dan TNI tentunya. Tak hanya memberi imbauan prokes (Protokol Kesehatan) dan membagikan masker, Polri juga turut membantu meningkatkan ketahanan komunal lewat sebaran vaksinasi. Maka, Polri harus segera berbenah membereskan jerawat di wajahnya. Pikat kembali hati masyarakat yang sudah terlanjur lara ati. Jika Polri tak lekas membereskan jerawat di wajahnya, bukan tidak mungkin Indonesia makin kesulitan menghadapi situasi krisis ekonomi pada 2023 nanti. Mampukah Polri mengembalikan wajahnya yang dicintai publik? Mampukah Polri back to hero untuk membantu pemerintah mengatasi Resesi 2023. Mari dukung Polri membersihkan jerawat-jerawat di wajahnya itu. (*)

Baca Juga

Komentar