Kamis, 28 Maret 2024

Ibu Menyusui Boleh Minum Kopi Apa Tidak? Ini Penjelasannya yang Penting Diketahui

Murianews
Sabtu, 15 Oktober 2022 19:36:27
Foto: Ilustrasi minum kopi (Michal Jarmoluk dari Pixabay)
[caption id="attachment_325116" align="alignleft" width="1890"]Ibu Menyusui Boleh Minum Kopi Apa Tidak? Ini Penjelasannya yang Penting Diketahui Foto: Ilustrasi minum kopi (Michal Jarmoluk dari Pixabay)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Ada banyak perubahan pola hidup yang dilakukan oleh ibu menyusui. Seperti hari mengurangi aktifitas yang menguras tenaga dan pikiran. Hal itu dilakukan demi kesehatan buat ibu dan bayinya. Meski terkadang cukup berat, namun perubahan pola itu perlu dilakukan. Selain itu, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi juga wajib dilakukan ibu menyusui. Hal ini perlu dilakukan karena nantinya bisa berdampak positif bagi sang buah hati. Baca juga: Ini Manfaat Konsumsi Daun Pepaya bagi Ibu Menyusui yang Penting Diketahui Sebagian ibu menyusui juga ada yang menerapkan pantangan untuk mengonsumi makanan dan minuman tertentu. Salah satunya minum kopi. Alasannya, dengan minum kopi, dirasa bisa membawa dampak yang kurang baik bagi ibu serta bikin bayinya. Benarkah demikian? Melansir dari Halodoc, Sabtu (15/10/2022), ada banyak perdebatan di masyarakat soal boleh tidaknya mengonsumsi kopi selama menyusui. Sebagian percaya bahwa kopi bisa diekskresikan atau disalurkan ke dalam ASI. Alhasil, kandungan kafein di dalamnya bisa memberikan efek pada bayi berupa hiperaktif, insomnia, rewel hingga gelisah. Karena alasan-alasan tersebut, banyak orang yang melarang ibu hamil untuk mengonsumsi kopi. Ibu Menyusui Pantang Minum Kopi, Mitos atau Fakta? Melansir dari Baby Center, ibu menyusui diperbolehkan minum kopi asalkan tidak berlebihan. Menurut para ahli, asupan yang dianjurkan yaitu tidak melebihi 300 miligram atau satu cangkir besar setiap harinya. Jumlah kafein dalam satu cangkir kopi sangat bervariasi, tergantung pada jenis biji kopi, cara sangrai dan cara menyeduhnya. Oleh sebab itu, periksa label kemasan jika ibu memilih merek kopi yang dijual di pasaran. Pasalnya, kafein memang bisa memasuki aliran darah dan disalurkan ke dalam ASI. Zat ini kemudian dapat terakumulasi ke dalam ASI beberapa jam usai mengonsumsinya. Bagaimana Kafein Bisa Memengaruhi Bayi? Mengonsumsi kopi kurang dari 300 miligram per hari seharusnya tidak memberikan efek yang signifikan pada bayi. Efeknya baru akan terasa jika ibu mengonsumsinya lebih dari dua atau tiga cangkir kopi sehari. Jika Si Kecil menunjukan tanda-tanda gelisah, hiperaktif atau kesulitan tidur usai ibu mengonsumsi sedikit kafein, sebaiknya hentikan konsumsi kopi sementara waktu. Ibu bisa mencobanya kembali beberapa bulan kemudian untuk memastikan efeknya. Pasalnya, sensitivitas bayi baru lahir dengan bayi yang lebih besar umumnya berbeda. Bayi baru lahir lebih sulit memecah dan menghilangkan kafein, sehingga zat ini bisa menumpuk di pencernaannya. Sekitar 3 bulan, mereka mulai bisa memproses kafein lebih efisien. Seiring bertambahnya usia, pencernaannya menjadi lebih mudah untuk menguraikannya. Tips Minum Kopi untuk Meminimalisir Efek Kafein Jika ibu telah mengonsumsi kopi, periksa label kemasan makanan lain yang mungkin mengandung kafein juga. Misalnya, teh, minuman ringan, minuman energi, cokelat, dan es krim. Tujuannya untuk mengurangi asupan kafein berlebihan. Selain produk makanan, kafein juga terkandung dalam produk herbal dan obat bebas, termasuk obat sakit kepala, pilek, dan alergi. Jika Si Kecil sensitif terhadap zat ini, ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk meminimalisir efeknya 1. Berikan ASI sebelum ibu meminum kopi atau produk yang mengandung kafein. 2. Jika ibu telah meminum kopi, tunggu setidaknya tiga jam sebelum menyusui kembali. Tujuannya untuk memberi tubuh waktu untuk memproses kafein dan tersalurkan ke dalam ASI. 3. Batasi asupan kafein tidak lebih dari satu cangkir kopi per hari. 4. Hentikan kebiasaan minum kopi sementara waktu sampai ibu selesai menyusui atau sampai bayi cukup umur untuk dapat menguraikan kafein di dalam tubuhnya.     Penulis: Dani Agus Editor: Dani Agus Sumber: halodoc.com

Baca Juga

Komentar