Kamis, 28 Maret 2024

Bukan September Ceria

Zulkifli Fahmi
Senin, 12 September 2022 06:00:02
Zulkifli Fahmi [email protected]
[caption id="attachment_307204" align="alignleft" width="200"]Bukan September Ceria | MURIANEWS Zulkifli Fahmi
[email protected][/caption] MEMASUKI bulan September ini, masyarakat Indonesia dibikin geregetan sama Pemerintah Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Bagaimana tidak. Masyarakat sempat dibikin adem ayem saat isu kenaikan BBM Subsidi yang dihembuskan diterapkan awal September, batal dilakukan. Namun, ternyata pada akhir pekan, Sabtu, 3 September 2022, Pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM Subsidi pada pukul 13.30 WIB. Dalam pengumuman itu, Pemerintah mengatakan, penerapan harga baru BBM subsidi, Biosolar, Pertalite (Ron 90) plus Pertamax (Ron 92) sejam setelah pengumuman, yakni 14.30 WIB. Harga Pertalite per liter awalnya Rp 7.650 mundak jadi Rp 10 ribu per liter, Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter, dan Biosolar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp Rp 6.800 per liter. Partai non pemerintah jelas menolak kenaikan harga BBM itu. PKS dan Partai Demokrat paling keras menentangnya. PKS bahkan melakukan walkout dalam sebuah rapat paripurna. Kemudian, Partai Demokrat, membebaskan kadernya ikut turut dalam demonstrasi penolakan BBM. Sementara, Partai Gerindra, sempat meminta pemerintah untuk tidak mengambil opsi kenaikan BBM. Partai pendukung pemerintah bukan menolak kenaikan harga BBM. Mereka memakluminya. Namun, demikian PDI-Perjuangan, PAN, Partai Golkar, PPP, dan Partai Nasdem memberikan sejumlah catatan. Langkah pemerintah menaikkan harga BBM subsidi sendiri lantaran, anggaran untuk subsidi BBM terus membengkak. Lebih lagi, harga minyak dunia disebut sedang mengalami lonjakan. Efek domino dari kenaikan harga BBM subsidi pun sudah mulai dirasakan di daerah. Harga sejumlah komoditas pangan pun merangsek naik. Beras, cabai, dan ikan teri naik harganya. Harga tiket angkutan umum juga dipastikan naik. Tiket bus antar kota antar provinsi sudah naik. Tarif ojek online, juga naik. Listrik? Pihak yang membidangi masih melakukan penghitungan agar tidak terjadi lonjakan. Semua barang dan jasa yang memanfaatkan BBM pasti naik. Karena, tentunya memengaruhi biaya produksi dan biaya transportasi. Pemerintah sendiri sudah menyiapkan langkah untuk menangani dampak kenaikan harga BBM itu. Yakni dengan menggelontorkan dana berupa bantuan langsung tunai (BLT), yang disebut BLT BBM. Konon, BLT BBM itu merupakan pengalihan dana subsidi BBM. Tujuannya, agar subsidi BBM itu lebih tepat sasaran. Benarkah, subsidi BBM dialihkan? Mau membandingkan harga BBM dengan Malaysia? Gampangnya, performa nilai tukar Ringgit Malaysia dengan Dollar AS jauh lebih baik ketimbang Rupiah dengan Dollar AS. Sebab, pembelian minyak dunia bayarnya pakai Dollar AS. Terlepas dari itu, Malaysia punya perumusan yang berbeda dalam menentukan harga BBM. Lebih lagi, Malaysia masih jor-joran untuk menggelontorkan subsidi BBM. Akhir kata, langkah instan Pemerintah Indonesia dalam menaikkan harga BBM ini tentu telah melukai hati masyarakat. September yang harusnya jadi ceria, jadi bulan sakit hati. Usai harga BBM naik, Pemerintah Indonesia harus berusaha lebih keras lagi untuk menahan inflasi. Karena, tak dipungkiri, kenaikan harga BBM pastinya menggoda inflasi untuk melonjak. Di samping itu, Pemerintah harus mulai memikirkan solusi jangka panjang. Menawarkan energi terbarukan yang ramah lingkungan mesti mulai digencarkan. Tentunya harus ramah dengan masyarakat berkantong cekak alias, warga kurang mampu. Dan yang terpenting, Pemerintah harus berani berdikari di sektor energi. Serta mendukung masyarakat yang sudah melakukan langkah serupa. (*)

Baca Juga

Komentar