Jumat, 29 Maret 2024

Sopir Angkot di Kudus Desak Penyesuain Tarif, Organda Bilang Begini

Vega Ma'arijil Ula
Senin, 5 September 2022 16:12:37
Sopir angkot di Kudus menunggu penumpang. (Murianews/Vega Ma'arijil Ula)
[caption id="attachment_313869" align="alignleft" width="1280"] Sopir angkot di Kudus menunggu penumpang. (Murianews/Vega Ma'arijil Ula)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Tarif angkutan kota (angkot0 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah saat ini dianggap masih abu-abu. Hal ini dikeluhkan oleh beberapa sopir angkutan di Kota Kretek. Bagaimana tidak, tarif angkutan saat ini dibayar sesukanya oleh penumpang. Situasi ini dirasa tidak adil oleh sopir angkutan di tengah naiknya harga BBM. Untuk diketahui, pemerintah menaikkan harga BBM pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB. Harga Pertalite yang sebelumnya Rp 7.650, saat ini menjadi Rp 10 ribu. Sedangkan harga Solar sebelumnya Rp 5.150 saat ini menjadi Rp 6.800. Sementara, harga Pertamax yang sebelumnya Rp 12.500 saat ini menjadi Rp 14.500. ”Kami terdampak dengan adanya kenaikan Pertalite. Dari Dishub (Dinas Perhubungan, red) dan Organda (Organisasi Angkutan Darat, red) juga belum memberi kabar soal ada atau tidaknya penyesuaian tarif angkutan untuk penumpang," kata sopir angkutan Catur Susilo, Senin (5/9/2022). Lebih lanjut, dia berkeinginan agar Dishub Kudus maupun Organda Kudus segera menerapkan tarif yang jelas untuk tiap rute angkot yang beroperasi di Kudus. Sehingga penumpang tidak membayar ongkos naik angkutan seenaknya. ”Rute angkutan saya dari Pasar Mbareng Jekulo ke Terminal Jati itu Rp 7 ribu. Tetapi terkadang penumpang bayarnya tidak ada Rp 7 ribu," sambungnya. Baca: BBM Naik, Sopir Angkot di Kudus Merasa Sudah Jatuh Ketiban Tangga Sementara untuk rute-rute dekat biasanya dia mematok Rp 5 ribu. Tetapi penumpang terkadang hanya membayar Rp 2 ribu sampai Rp 3 ribu. ”Organda tidak mengerti kondisi ini. Dahulu saat Covid-19 ada kompensasi berupa bantuan. Nyatanya ya tidak ada," imbuhnya. Agus Kristiono, sopir angkutan di Kudus juga ingin ada tarif yang fiks. Terlebih saat ini beberapa penumpang membayar seenaknya. ”Ingin agar ada tarif yang tetap. Misal dari sini ke sini itu berapa. Karena selama ini penumpang membayar seenaknya. Diminta nambah tidak mau," katanya, Senin (5/9/2022). Situasinya semakin sulit ketika harus setor Rp 30 ribu per hari. Sedangkan dalam sehari paling banyak ada lima sampai tujuh penumpang. ”Sehari itu paling ada satu sampai dua penumpang. Paling banyak hanya tujuh penumpang," imbuhnya. Baca: Duh, BBM Oplosan dari Jateng Dijual Lintas Provinsi Ketua Dewan Pimpinan Cabang Organda Kabupaten Kudus, Mahmudun mengatakan pihaknya dalam waktu dekat akan membahas hal tersebut. Yakni bersama dengan Dishub Kudus. ”Nanti akan kami bahas dengan Dishub. Tentunya dengan berbagai pertimbangan supaya tidak memberatkan sopir dan penumpangnya," terangnya. Lebih lanjut, saat ini belum mengetahui besaran fiksnya untuk tiap-tiap rute. Tetapi, besaran kenaikan tarif angkutan itu tetap disesuaikan dengan kenaikan harga BBM. ”Seperti BBM kan naiknya sekitar Rp 1 ribu sampai Rp 2 ribu. Kemungkinan nanti tarif angkutan juga naiknya segitu. Yang penting sama-sama tidak memberatkan sopir angkutan dan penumpang," ujarnya. Baca: Begini Modus Penyalahgunaan BBM Bersubsidi di Jateng, Dioplos hingga Ditimbun Pihaknya juga berencana menempelkan besaran tarif angkutan di masing-masing pintu angkutan. Sehingga penumpang bisa membaca dan tahu. ”Supaya penumpang juga tahu kalau kenaikan tarif tersebut resmi. Sehingga tidak terjadi perdebatan antara sopir dan penumpang," imbuhnya.   Reporter: Vega Ma'arijil Ula Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar