Jumat, 29 Maret 2024

Jarono Pejuang Kemerdekaan Asal Pati: Ikut Usir Belanda di Agresi Militer II hingga Mengawal Jendral Sudirman

Umar Hanafi
Selasa, 9 Agustus 2022 13:52:26
Jorono menceritakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. (Murianews/Istimewa)
[caption id="attachment_307652" align="alignleft" width="800"]Jarono Pejuang Kemerdekaan Asal Pati: Ikut Usir Belanda di Agresi Militer II hingga Mengawal Jendral Sudirman Jorono menceritakan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. (Murianews/Istimewa)[/caption] MURIANEWS, Pati – Namanya Jarono, seorang pejuang kemerdekaan yang sudah berusia 94 tahun warga Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ia salah satu saksi hidup perjuangan kemerdekaan RI di Kabupaten Pati. Sempat ikut mengawal perjuangan Jendral Sudirman, Jarono juga turut mempertahankan kemerdekaan RI dalam Agresi Militer Belanda II sekitar 1948. Duduk di teras rumahnya, Jarono menceritakan kisah-kisah perjuangannya pada awak media. Meski berusia hamper seabad, Jarono masih ingat jelas masa-masa perjuangannya. Jarono mengatakan, dengan senjata sederhana, ia dan kawan-kawannya menyerahkan hidup dan matinya demi mempertahankan kemerdekaan bangsa. Saat itu, ada yang membawa pedang, tombak, bambu runcing, hingga alat pertanian. ”Pada tahun 1948, saya ikut gerilya. (Itu) agresi Belanda kedua. Setelah ikut berperang di Ciamis, Cikuning, Jawa Barat, saya dipindah untuk ikut berperang di Jawa Timur, Mojokerto, lalu ke Jombang, habis itu ke daerah Bence. Lalu ke Semarang. Lasem Rembang pernah berbulan-bulan,” kata Jorono. Baca: Bulan Sura, Peziarah Makam Mbah Mutamakkin Kejen Pati Meningkat Kurang lebih dua tahun lamanya, ia ikut berperang demi kemerdekaan tanah air Indonesia. Di masa-masa itu, ia mengaku sempat ikut mengawal Jenderal Sudirman saat di Magelang. ”Ikut berperang kurang lebih dua tahun, bersama Jenderal Sudirman saat di Magelang. Setelah itu saya diajak berperang ke Semarang oleh Pak Amir Syarifudin,” ungkap dia. Selama menjadi pejuang, ia sering keluar masuk hutan. Pola hidup itu dilakoni demi terhindar dari endusan tentara Belanja dan antek-anteknya. Ia dan kawan-kawannya juga selalu memeriksa bila ada orang asing yang masuk di wilayahnya. Bila diketahui mereka antek belanda, langsung ditembak di tempat. ”Tanpa memiliki tanda dan kode tertentu, langsung kita tembak di tempat. Tak peduli itu pribumi maupun Belanda. Perang itu kejam, nyawa kita atau nyawa mereka yang hilang, karena banyak juga pribumi yang jadi antek Belanda,” tutur dia. Selain mengawal perjuangan Jendral Sudirman, Jarono juga ikut membobol gudang senjata milik Belanda di wilayah Pati Selatan. Pembobolan gudang senjata itu pun dilakukan dengan cara tradisional, yakni sirep. Kebetulan, salah satu dari dua kawannya ini memiliki ilmu sirep. Mereka pun berhasil mencuri puluhan senjata Belanda. Tak begitu lama setelah itu, pasukan Belanda menyadari hal ini. Mereka pun dikejar. ”Untungnya berhasil lolos dan ndak tertangkap,” pungkas dia. Kini, Jorono menikmati usia senjanya. Ia pun berharap kemerdekaan yang diperjuangkan dapat diisi dengan hal-hal yang positif oleh generasi muda saat ini. Baginya kemerdekaan harus dipertahankan meskipun harus ditebus dengan nyawa.   Reporter: Umar Hanafi Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar