Kamis, 28 Maret 2024

8 Tahun, Pemprov Sukses Pulihkan 251 Ribu Hektare Lahan Kritis di Jateng

Murianews
Selasa, 26 Juli 2022 16:01:29
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat menanam pohon untuk penghijauan. (Istimewa)
[caption id="attachment_304555" align="alignleft" width="1280"] Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat menanam pohon untuk penghijauan. (Istimewa)[/caption] MURIANEWS, Semarang – Pemprov Jateng berhasil memulihkan lahan kritis seluas 251 ribu hektare lahan kritis di Jawa Tengah dalam jangka waktu delapan tahun. Pemulihan itu dilakukan melalui reboisasi dan penghijauan di hutan negara dan hutan rakyat di Jawa Tengah sejak periode pertama menjabat di tahun 2014 lalu. Kabid Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Soegiharto mencatat, di tahun 2013 lahan kritis di Jateng mencapai 634.598 hektare. Dalam kurun waktu delapan tahun, telah diupayakan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 251.037 hektare. Hasilnya, pada tahun 2018 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah merilis data lahan kritis di Jateng tinggal 375.733 hektare. Baca: Antisipasi Longsor, Polisi dan Warga Tanam Pohon di Bukit Kunci Blora ”Secara umum di Jateng di kurun waktu 2014-2021, kita sudah menangani sekitar 39,5 persen dari luas lahan kritis yang tercatat di 2013. Itu di eranya Pak Ganjar di periode satu dan dua,” ujarnya, Selasa (26/7/2022). Pemulihan lahan dan hutan tersebut, sejak periode pertama di tahun 2014 hingga saat ini, telah ada sebanyak 101 juta batang pohon ditanam untuk reboisasi dan penghijauan di Jawa Tengah. ”Selama periode Pak Ganjar sebenarnya beliau sangat menekankan bahwa aspek upaya pemulihan lingkungan ini sangat penting, salah satu visi beliau cintai lingkungan. Selama delapan tahun ini sudah ada sebanyak seratus juta batang pohon yang ditanam untuk penghijauan dan reboisasi,” ujarnya. Soegiharto menerangkan, setidaknya 101 juta pohon yang ditanam tersebut beragam jenis, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lahannya. Untuk rehabilitasi hutan dan lahan produktif dipilih pohon seperti sengon, jati, mahoni, pinus, damar, jabon, suren, kayu putih, dan lainnya. Baca: Ganjar Sambangi Patiayam, Tanam Pohon dan Titip untuk Dirawat ”Kalau untuk pelestarian dan sahabat air kita pilih pohon gayam, aren, beringin, bulu, mangrove, ketapang, kepoh, dan lainnya,”  ungkapnya. Gerakan tanam pohon tersebut, lanjutnya, dilakukan Ganjar secara masif. Beberapa tahun belakangan, politisi berambut putih itu tak segan turun ke bawah untuk mengajak masyarakat aktif menanam pohon. ”Kayaknya gerakan Pak Gubernur sangat masif dalam beberapa tahun terakhir turun ke bawah untuk mengajari kita menanam. Beliau tidak mau hanya seremonial. Saat ini, konteks kesadaran masyarakat sangat tinggi (menanam pohon),”  lanjutnya. Selain itu, Ganjar juga mampu menggandeng sejumlah pihak untuk turut serta dalam upaya pelestarian alam. Seperti Pemerintah Pusat, BUMN, CSR dan komunitas-komunitas pecinta alam. ”Iya, ini bersinergi dengan Pemerintah Pusat, BUMN dan lainnya saling bergandengan tangan. Karena memang ini tanggung jawab bersama,” paparnya. Selain rehabilitasi lahan dan hutan, pihaknya juga berupaya melakukan perlindungan dan pengelolaan pada kawasan bernilai ekosistem untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara lestari. ”Pada 2014 dilakukan percepatan pembangunan kawasan pelestari Alam Taman Hutan Raya K.P.A.A Mangkunegara I yang berada di kawasan lereng Lawu, dan di tahun 2015 launching Kebun Raya Baturaden sebagai salah satu kawasan konservasi khusus untuk pengawetan tumbuhan,” imbuhnya. Ditambahkannya, konsep pengelolaan kawasan yang memadukan kepentingan konservasi keanekaragaman hayati, pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan dukungan logistik telah diakui Unesco pada Oktober 2020. Yakni pengelolaan Cagar Biosfer Karimunjawa Jepara Muria dan Merapi Merbabu dan Menoreh. ”Untuk saat ini sedang menyiapkan pembentukan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) baru, antara lain KEE Hutan Petungkriono, Gunung Ungaran, Mangrove Cilacap, dan kawasan yang memiliki fungsi perlindungan dan nilai konservasi tinggi seperti Gunung Slamet, Gunung Muria, Gunung Prahu, Gunung Bismo dan lainnya,” tandasnya.   Penulis: Supriyadi Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar