Jumat, 29 Maret 2024

Jatuh di Blora, Begini Kehebatan Pesawat T-50i Kembaran F16 dari Negeri Gingseng

Murianews
Selasa, 19 Juli 2022 00:47:17
Pesawat T-50i Golden Eagel. (Merdeka.com)
[caption id="attachment_302769" align="alignleft" width="540"]Jatuh di Blora, Begini Kehebatan Pesawat T-50i Kembaran F16 dari Negeri Gingseng Pesawat T-50i Golden Eagel. (Merdeka.com)[/caption] MURIANEWS, Blora – Publik Blora digegerkan pesawat jatuh di kawasan Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan. Diketahui pesawat tersebut jenis pesawat tempur latih T-50i Golden Eagle TT 5009 yang melakukan latihan terbang malam. Belum diketahui pasti jumlah korban dan penyebab jatuhnya pesawat buatan Korea Selatan itu. Tim gabungan sedang menuju lokasi untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat. Kepala Penerangan Lanud Iseahjudi, Mayor Sus Yudha Pramono mengatakan, pesawat itu dipiloti Lettu Pnb Allan Safitra Indera W. Pesawat itu hilang kontak dari pukul 18.24 usai lepas landas dari pangkalan TNI AU Iswahjudi, Madiun. ”Latihan malam ini libatkan tiga skuadron Lanud Iseahjudi, baik skuadron 15, skuadron 3, dan skuadron 14,” tulis Kepala Penerangan Lanud Iswahjudi, Mayor Sus Yudha Pramowo dalam pernyataan tertulisnya, seperti dikutip dari Tribunnews.com, Senin (18/7/2022). Sebagai informasi, pesawat T-50i merupakan program menambah pesawat latih tempur yang dicanangkan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) sebagai lanjutan kerja sama Indonesia dengan Korea Aerospace Industries (KAI). Baca: Puing-Puing Pesawat Jatuh di Blora, Warga: Ada Darah Meski pesawat latih tempur, namun, T-50i Golden Eagle punya spesifikasi yang bukan kaleng-kaleng. Sebagaimana dilansir Majalah Suara Angkasa edisi April 2014, pesawat ini punya mesin General Electric F404-GE-102 yang mampu menghasilkan daya dorong 17.700 pounds. Dengan teknologi dapur pacu tersebut, T-50i mampu melesat dengan kecepatan maksimal 1,5 Mach atau 1,5 kali kecepatan suara. Kira-kira, kecepatan itu setara dengan 1.600 km per jam. T-50i Golden Eagle juga mampu menanjak hingga ketinggian maksimal 55 ribu kaki dari permukaan bumi. Itu jika dalam konfigurasi lengkap pada bobot maksimal 27.322 pounds atau 14 ton. Selain masalah akselerasi dan kecepatan, pesawat ini juga dilengkapi alat tempur jempolan. Sebab, pesawat ini didesain berada digaris depan pertempuran, mirip F-16. Bedanya, dua lubang jet pesawat dari negeri Gingseng ini ada di bawah sayap. Sedangkan, F-16 di perut. Kemiripan lainya adalah keduanya sama memiliki bubble canopy, wing, dan fuselage yang saling menyatu serta beberapa kemiripan lainnya, sehingga sering disebut “Baby Falcon”. Baca: Pesawat Tempur Latih T-501 Golden Eagle Hilang kontak di Blora Pukul 19.25 WIB Persenjataan yang digunakan dalam misi multirole, T-50i Golden Eagle Sangat mematikan. Pesawat ini dilengkapi kanon gatlinh internal tiga laras Generalmampu Dynamics 20 mm. Senjata itu, mampu semburkan peluru sebanyak 2 ribu butir per menitnya. Kanon ini ditempatkan di sisi kiri kokpit, tepat di leading edge extension pesawat. Ada lima external station pada bagian under fuselage, dan under wing, serta dua missile launcher rail pada wing tip untuk membawa semua jenis bom, rudal, ataupun roket. T-50i Golden Eagle adalah pesawat tempur generasi keempat. Golden Eagle T-50i memiliki panjang 43 kaki (13,106 meter) serta lebar sayap 31 kaki (9,448 meter), dan tinggi 16 kaki (4,87 meter). T-50i dilengkapi radar udara sehingga mampu mengubah misi, dari jet latih, langsung menjadi misi semua operasi, yakni menyerang dari udara ke udara, atau dari udara ke darat, baik siang maupun malam hari, dalam segala kondisi cuaca. Di kalangan penerbangan tempur, T-50i Golden Eagle sekelas dengan kompetitor utamanya, Yakovlev Yak-130 Mitten (Rusia), Aermacchi M-346 (Italia), atau L-159 buatan Ceko. Dalam urusan teknologi yang diusung, pesawat T-50i Golden Eagle yang merupakan produk bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat (Locheed Martin), masuk dalam varian generasi keempat (moderen). Desain pesawat generasi keempat sangat dipengaruhi dari beberapa fitur yang menyertainya, yaitu meliputi kemampuan manuver yang jauh lebih baik karena stabilitas statis yang rendah. Selain itu, juga kecanggihan dalam komputer digital dan teknik integrasi sistem serta upgrade sistem radar seperti AESA (actively electronic scanned array), digital avionics buses dan IRST (Infra Red Search & Tracking).   Penulis: Zulkifli Fahmi Editor: Zulkifli Fahmi Sumber: Tribunnews.com dan Suara Angkasa

Baca Juga

Komentar