Kamis, 28 Maret 2024

Santri Kudus Diminta Berperan Cegah Radikalisme

Anggara Jiwandhana
Rabu, 13 Juli 2022 08:29:13
Santri di Kudus dalam sosialisasi Optimalisasi Peran Santri dalam Antisipasi Radikalisme di Pondok Pesantren Darul Qur'an Krandon. (Murianews/Diskominfo Kudus)
[caption id="attachment_301460" align="alignleft" width="1280"] Santri di Kudus dalam sosialisasi Optimalisasi Peran Santri dalam Antisipasi Radikalisme di Pondok Pesantren Darul Qur'an Krandon. (Murianews/Diskominfo Kudus)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Para santri di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, diminta untuk berperan aktif dalam memerangi dan mencegah radikalisme. Apalagi di tengah arus informasi yang kian mengalir bebas. Hal tersebut disampaikan Bupati Kudus HM Hartopo saat membuka sosialisasi Optimalisasi Peran Santri dalam Antisipasi Radikalisme di Pondok Pesantren Darul Qur'an Krandon, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Selasa (12/7/2022) malam. Dia menyebut, berbagai pemberontakan menjadi pembelajaran bahwa radikalisme perlu dicegah. Santri diminta harus bisa memanfaatkan era digital untuk menjaga keutuhan bangsa dengan menangkal radikalisme. ”Kali ini, tantangan kita adalah kemudahan akses informasi. Peran santri di sini penting mengajak masyarakat menjauhi paham radikal,” ujarnya. Baca: Santri Putri di Ponpes di Kudus Ini juga Diajari Nyembelih Kurban Dalam kesempatan itu pula, Hartopo menjelaskan radikalisme sayap kiri maupun sayap kanan pernah terjadi di Indonesia. Sayap kiri yang diwakili PKI dengan cita-citanya mendirikan negara komunis dan pemberontakan sayap kanan yang diwakili DI/TII juga pernah menguji persatuan dan kesatuan bangsa. Dua hal seperti ini, seharusnya bisa dipelajari para santri agar tidak terjadi kembali. ”Kita pernah mengalami pemberontakan radikalisme sayap kanan dan sayap kiri. Sekarang tinggal bagaimana kita semua memahami penyebabnya agar tak terjadi lagi,” pungkasnya. Wakil Ketua DPRD Kudus Mukhasiron juga meminta santri tidak mudah terpengaruh sehingga tidak ada pemberontakan serupa. Biasanya, para pengajak paham radikal melontarkan pertanyaan menjebak. Seperti diminta memilih lebih baik mana antara UUD 1945 dengan Alquran. ”Sebagai santri, harus memahami dengan bijak. Dua objek tersebut tidak bisa dibandingkan. Hanya menggiring menuju radikalisme,” tuturnya.   Reporter: Anggara Jiwandhana Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar