Jumat, 29 Maret 2024

Ada Rel Bergerigi di Jalur Kereta Api Ambarawa-Bedono, Ini Sejarah dan Kegunaannya

Murianews
Jumat, 17 Juni 2022 23:13:41
Foto: Rel bergigi di jalur kereta Ambarawa-Bedono (heritage.kai.id)
[caption id="attachment_296673" align="alignleft" width="1890"]Ada Rel Bergerigi di Jalur Kereta Api Ambarawa-Bedono, Ini Sejarah dan Kegunaannya Foto: Rel bergigi di jalur kereta Ambarawa-Bedono (heritage.kai.id)[/caption] MURIANEWS, Kudus –  Rel untuk jalur kereta api di Indonesia ternyata tidak semuanya berbentuk mulus. Ada juga rel jalur kereta yang bentuknya bergerigi atau bergigi. Pembuatan rel bergigi ini ternyata ada tujuan tersendiri. Berikut sejarahnya, seperti dilansir dari laman heritage.kai.id. Pada tahun 1862, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron Sloet Van Den mengabulkan permohonan perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij (NIS) untuk membangunan jalur kereta api rute Semarang – Kedung Jati – Solo – Yogyakarta termasuk jalur cabangnya yaitu rute Kedungjati – Ambarawa – Secang – Magelang untuk kepentingan militer. Baca juga: Catatan Sejarah Tanggal 17 Juni: Pembangunan Jalur Kereta Api Pertama di Pulau Jawa Diresmikan Tahun 1864 Jalur kereta api rute Semarang – Kedung Jati – Solo – Yogyakarta selesai dibangun dengan susah payah dan beroperasi pada tanggal 10 Juni 1872, termasuk rute cabang Kedungjati – Ambarawa selesai pada tahun 1873. Seluruh jalur kereta api tersebut menggunakan lebar 1.435 milimeter. Khusus untuk rute Ambarawa – Secang – Magelang menggunakan lebar 1.067 milimeter karena pembangunan jalur kereta api melewati daerah perbukitan dan untuk menekan biaya pembangunan agar tidak terlalu mahal. Lebar rel 1067 milimeter ini kemudian ditetapkan pemerintah Hindia Belanda sebagai lebar rel yang lebih sesuai untuk topografi Indonesia yang berbukit. NIS melanjutkan pembangunan jalur kereta api dari Ambarawa ke Secang (termasuk rel bergerigi rute Jambu-Bedono-Gemawang sepanjang hampir 6,5 kilometer) dan resmi beroperasi pada tanggal 1 Februari 1905. Rute Kereta Api dari Jambu menuju Gemawang harus melewati bukit yang terjal (kemiringan 65 derajat) dan mendaki, oleh karena itu untuk menghemat biaya, dibangunlah rel bergerigi dan pada tahun 1902, NIS membeli lokomotif uap khusus yang memiliki roda gigi yaitu seri B25. Fungsi rel bergerigi ini adalah untuk menahan agar lokomotif uap B25 agar tidak mengalami kesulitan menanjaki jalur tersebut. Rel bergerigi diletakkan di tengah-tengah rel. Sementara roda gigi yang ada di lokomotif B25 bertugas mengait rel bergerigi yang ada dibawahnya. Jika tidak ada roda gigi ini, kereta api tidak akan bisa menanjak. Tanpa gigi, sebuah lokomotif uap hanya bisa mendaki dengan kecuraman 5 persen artinya kenaikan 5 meter setiap jarak horisontal 100 meter, itupun akan menanjak dengan penuh kesulitan. Penggunaan roda gigi memungkinkan kecuraman 65 persen dapat dilalui meskipun dengan kecepatan rendah 10 km/jam. Pada saat menurun, maka roda gigi berfungsi untuk menahan kecepatan kereta api. Rel bergerigi di Indonesia yang masih aktif saat ini dapat dijumpai di Ambarawa (Jawa Tengah) dan Sawahlunto (Sumatera Barat) yang dimanfaatkan sebagai jalur kereta wisata.     Penulis: Dani Agus Editor: Dani Agus Sumber: heritage.kai.id

Baca Juga

Komentar