Jumat, 29 Maret 2024

Jaringan 5G Masih Belum Merata di Indonesia, Ini Alasannya

Murianews
Selasa, 7 Juni 2022 23:46:40
Ilustrasi (pixabay.com)
[caption id="attachment_294541" align="alignleft" width="1890"]Jaringan 5G Masih Belum Merata di Indonesia, Ini Alasannya Ilustrasi (pixabay.com)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Jaringan 5G atau fifth generation adalah teknologi terbaru untuk telekomunikasi yang melebihi standar 4G, yang sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Ada sejumlah keunggulan yang dimiliki jaringan 5G dibandingkan 4G. Keunggulan 5G mencapai kecepatan rata-rata hampir 500 Mbps. Sedangkan 4G hanya mencapai 30 Mbps saja. Lalu pada kondisi biasa, 5G mencapai 10 Gbps, dan 4g hanya memiliki kecepatan maksimum mencapai 100 Mbps saja. Baca juga: Jaringan 5G Hadir di Indonesia, Ini Wilayah yang Sudah Terlayani Di Indonesia mulai hadir jaringan 5G pada pertengahan tahun 2021 lalu. Namun saat ini, jaringan 5G baru tersedia di sejumlah kota besar. Melansir dari laman Gadgetren, penyelenggaraan 5G oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh operator seluler belakangan ini diketahui masih bersifat tersegmentasi yang mana hanya tersedia di area bisnis atau perkotaan seperti perkantoran maupun perumahan elit. Operator seluler yang mendapat amanat untuk penyelenggaraan 5G di Indonesia juga masih dipegang oleh tiga operator seperti Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, dan XL Axiata. Hadirnya 5G sendiri membuka banyak peluang besar untuk ketersediaan dan kecepatan akses jaringan di berbagai bidang. Salah satunya di area industri atau manufaktur, pariwisata, kesehatan, pendidikan, transportasi, bisnis, hingga penggunaan secara publik yang bisa dinikmati masing-masing individu atau masyarakat Indonesia secara luas. Namun pelaksanaan jaringan 5G di Indonesia secara merata tampaknya masih jauh. Hal ini dilihat dan dirasakan dalam diskusi bersama Qualcomm, Telkomsel, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Marfani selaku VP Network Architecture and Design Telkomsel menjelaskan bahwa Indonesia masih belum cukup siap untuk menyelenggarakan jaringan 5G karena banyak memiliki tantangan terutama dari sektor infrastruktur yang belum memadai. “Tantangan meliputi ketersediaan jalan, pemanfaatan solar sistem, keterbatasan infrastruktur jalan, transmisi, dan sebagainya. Walau bagaimana pun tantangan selalu ada ditambah ada secara biaya dan juga dari sisi bisnisnya,” ujarnya. Lebih jauh, Marfani mengungkapkan bahwa 5G agak berbeda dengan 4G di mana 5G memang di awal tersegmentasi untuk penggunaan khusus yang membutuhkan rendah latensi seperti mesin ke mesin, untuk komunikasi, AIoT yang membutuhkan kecepatan, dan perlahan-lahan akan menuju penggunaan personal manusia. “Ketersediaan frekuensi 5G masih 2,3GHz maksimal dengan kecepatan 30-40MGhz yang masih terbatas. Idealnya itu harus 60 MGhz ke atas di Indonesia. Memang semua harus diputuskan untuk memulai di private network atau publik dan hal ini banyak faktor yang akan menentukan,” terangnya. Telkomsel sebagai salah satu operator 5G di Indonesia saat ini sudah menjangkau 30 area dan akan terus berkembang. Telkomsel juga tengah berkolaborasi dengan pihak terkait untuk mematikan 3G dan menggunakannya kembali untuk keperluan 5G di Indonesia. Untuk memperluas jaringan 5G sekarang ini tentunya diperlukan frekuensi di atasnya seperti mmWave. Dalam kesempatan yang sama, Aju Widya Sari selaku Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kominfo mengatakan bahwa pemerintah masih melakukan analisa dan kajian untuk jaringan 5G millimeter-wave atau mmWave maupun ASO. Begitu juga secara regulasi dengan kesiapan 5G private network belum dibuat dan saat ini menurut Aju pemerintah tengah melakukan pengkajian lebih dalam. Pemerintah untuk pelaksanaan 5G ke depan kabarnya tengah memprioritaskan 13 pengembangan 5G di kota besar termasuk di perumahan, industri, pertambangan, kesehatan, dan pariwisata. Areanya sendiri mencakup di DKI Jakarta dan sekitarnya, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan ibu kota Indonesia baru yang rencananya akan dipindahkan ke Penajam Paser Kalimantan Timur. Shannedy Ong selaku Country Director, Qualcomm Indonesia menambahkan bahwa kolaborasi sangat penting untuk  menyelenggarakan terealisasinya 5G private network ini. “Kami sudah berkolaborasi dengan Microsoft untuk chip to cloud yang akan menggunakan 5G private network yang sudah secara otomatis pre integrated yang tidak perlu lagi melakukan integrated  dan sudah pre tes sehingga sangat cepat ke pasar,” tutupnya.     Penulis: Dani Agus Editor: Dani Agus Sumber: gadgetren.com

Baca Juga

Komentar