Jumat, 29 Maret 2024

Melihat Rumah Pengasingan Bung Karno Selama Empat Tahun di Ende Nusa Tenggara Timur

Murianews
Selasa, 31 Mei 2022 21:18:59
Foto: Rumah Pengasingan Ir. Soekarno di Kabupaten Ende, NTT (cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
[caption id="attachment_293193" align="alignleft" width="1890"]Melihat Rumah Pengasingan Bung Karno Selama Empat Tahun di Ende Nusa Tenggara Timur Foto: Rumah Pengasingan Ir. Soekarno di Kabupaten Ende, NTT (cagarbudaya.kemdikbud.go.id)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur terdapat sebuah wisata sejarah yang bernama Rumah Museum. Rumah ini dulunya menjadi tempat pengasingan Ir Soekarno (Bung Karno) beserta istri, ibu mertua, dan kedua anak angkatnya selama di Ende. Di lokasi inilah yang juga menjadi tempat Bung Karno merenungkan mengenai sila-sila dalam Pancasila di bawah pohon sukun. Lokasi ini dikenal dengan Taman Renungan Bung Karno. Selain di Ende, Bung Karno tercatat juga pernah diasingkan di beberapa daerah. Antara lain, Bengkulu, Berastagi, dan Pulau Bangka. Baca juga: Konsep Pancasila Ditemukan Bung Karno saat Merenung di Bawah Pohon Sukun, Begini Sejarahnya Melansir dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id, pengasingan Bung Karno diawali dengan pertemuan politik di rumah Muhammad Husni Thamrin di Jakarta, pada tanggal 1 Agustus 1933. Bung Karno ditangkap oleh seorang Komisaris Polisi ketika ke luar dari rumah Muhammad Husni Thamrin dan kemudian dipenjarakan selama delapan bulan tanpa proses pengadilan. Pada tanggal 28 Desember 1933, Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge, mengeluarkan surat keputusan pengasingan Bung Karno (saat itu berusia 32 tahun) ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Bung Karno diasingkan atau dibuang ke Ende karena kegiatan politiknya membahayakan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Bung Karno dan keluarganya bertolak dari Surabaya menuju Flores dengan kapal barang KM van Riebeeck. Setelah berlayar selama delapan hari, mereka tiba di Pelabuhan Ende dan langsung melaporkan kedatangannya ke kantor polisi. Mereka lalu dibawa ke rumah pengasingan yang terletak di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja. Di rumah pengasingan inilah Bung Karno berserta istrinya, Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu Amsi; dan kedua anak angkatnya, Ratna Juami dan Kartika menghabiskan waktu mereka selama empat tahun. Bung Karno dan keluarganya menempati rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru. Selama di Ende dari tahun 1934-1938 salah satu hal yang paling penting adalah ketika Bung Karno di tengah keterasingannya di bawah pohon sukun, sebagai salah satu tempat beliau menggali pemikiran tentang dasar Negara yang kemudian dirumuskan oleh Panitia Sembilan menjadi Pancasila pada tahun 1945. Pada tanggal 18 Oktober 1938 (tepat empat tahun, sembilan bulan dan empat hari), Bung Karno dipindah dari Ende ke Bengkulu. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1951, Bung Karno (saat itu sudah menjadi Presiden Republik Indonesia) mengunjungi Ende untuk pertama kalinya. Beliau bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyatakan keinginannya agar rumah tersebut dijadikan museum. Pada kesempatan kunjungan kedua tahun 1954, Bung Karno meresmikan rumah itu sebagai “Rumah Museum” pada tanggal 16 Mei 1954. Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende berlokasi di Kampung Ambugaga, Kotaraja, Ende Utara. Rumah ini menghadap ke arah timur atau ke Jalan Perwira. Bangunan rumah bergaya tradisional dengan desain yang sederhana, berlantai semen plesteran, berdinding tembok, dan beratapkan seng dengan langit-langit dari anyaman bambu. Dinding rumah dicat berwarna putih, sementara daun pintu dan jendela berwarna kuning, dan kusennya berwarna hijau. Di dinding bagian depan terdapat dua jendela, di atas kedua jendela tersebut terdapat markis. Bangunan utama rumah terdiri atas ruang tamu, ruang tengah, dan tiga kamar tidur. Dapur dan kamar mandi berada di bagian belakang dan terpisah dari bangunan utama. Di halaman belakang rumah terdapat sumur. Di dalam Rumah Pengasingan di Ende masih disimpan benda-benda yang pernah dipakai oleh Bung Karno dan keluarganya. Antara lain, ranjang besi dan lemari di kamar tidur; biola, tongkat, lampu minyak dan lampu tekan, setrika, peralatan makan, dan peralatan memasak, semuanya dipamerkan di ruang tamu. Beberapa foto dan karya lukis Bung Karno terpasang di dinding rumah. Selain itu, terdapat buku-buku koleksi Bung Karno yang disimpan di lemari buku dan diletakkan di teras belakang.     Penulis: Dani Agus Editor: Dani Agus Sumber: cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Baca Juga

Komentar