Jumat, 29 Maret 2024

18 Sapi di Sragen Mati Mendadak Kena Parasit Darah

Murianews
Selasa, 19 April 2022 12:39:29
Pekerja memeriksa sapi di kandang. (MURIANEWS.com/Cholis Anwar)
[caption id="attachment_169659" align="alignleft" width="1280"] Pekerja memeriksa sapi di kandang. (Dok MURIANEWS)[/caption] MURIANEWS, Sragen — Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Sragen mencatat ada 18 kasus kematian sapi yang diduga karena serangan parasit darah atau Babesia tersebut. Jumlah tersebut, merupakan jumlah akumulasi selama 3,5 bulan, sejak Januari hingga pertengahan April 2022. Kepala Disnakan Sragen Rina Wijaya mengatakan, kasus Babesia ini baru pertama kali ditemukan di Sragen. Sebelum itu, sejumlah wilayah di Soloraya sudah ada beberapa daerah yang terjangkit. Di antaranya Wonogiri, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, dan Karanganyar. Baca: Siap-Siap, Harga Daging Sapi di Jateng Diprediksi Naik Hingga Rp 180 Ribu Per Kilogram Meski begitu, hingga saat ini, kasus Babesia itu belum kembali menjangkit sejak 12 April 2022. Hal itu berdasarkan data yang masuk ke Disnakan. “Penyakit parasit darat itu sifatnya tidak zoonosis sehingga tidak menular ke manusia meskipun manusia mengonsumsi dagingnya. Sebanyak 18 kasus itu tidak terjadi dalam waktu dekat, tetapi tercatat sejak Januari-April,” katanya seperti dikutip Solopos.com, Selasa (19/4/2022) Rina menyebutkan, laporan pertama yang masuk ke Disnakan tercatat pada tanggal 23 Maret 2022. Saat itu, Camat Mondokan melaporkan ada lima kasus kematian sapi di Desa Gemantar, Mondokan. Setelah Gemantar, kasus kematian sapi itu dilaporkan menyebar ke tiga desa lain yakni Jekani dan Kedawung, Mondokan. Ia pun mengaku sudah menerjunkan tim terpadu dan mengambil sampel darah sapi dan tanah untuk dibawa ke Laboratorium Tipe B milik Provinsi Jawa Tengah di Solo. ”Awalnya kami khawatir antraks. Setelah diuji laboratorium ternyata tidak ada indikasi antraks. Kemudian kami menyelidiki terus dan sepekan kemudian diketahui penyebabnya parasit darah,” jelasnya. Baca: Bikin Heboh, Puluhan Sapi Mengambang di Pantai Sampang Dia mengungkapkan Balai Besar Veteriner Wates di bawah Kementerian Pertanian juga terjun ke lapangan. Penyakit itu secara fisik tidak kelihatan karena yang diserang sel-sel darah merah. ”Kami mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada 20 camat di Kabupaten Sragen untuk antisipasi supaya tidak muncul kasus serupa di kecamatan lain. Untuk saat ini, kasus penyakit babesia itu hanya di wilayah Mondokan,” jelasnya. Kabid Kesehatan Hewan Disnakan, Toto Sukarno, menambahkan pencegahan yang dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang, penyemprotan insektisida, pengobatan, dan seterusnya. Penyakit parasit darah itu dibawa oleh lalat besar penghisap darah yang kenal dengan caplak. ”Jadi, saat lalat itu mengigit sapi saat itu pula ada parasit darah yang masuk ke jaringan darah sapi. Dalam kurun waktu tertentu parasit itu menyerang trombosit darah dan menyebabkan kematian sapi. Ya, seperti nyamuk tetapi yang dibawa nyamuk itu virus. Penyakit ini tidak menular ke manusia tetapi bisa menular ke hewan,” jelasnya. Baca: Tiga Rumah, Dua Sapi dan 16 Sapi Tertimbun Longsor di Cilacap Dia menyebut 18 ekor sapi yang mati itu langsung dikubur dan tidak ada yang dikonsumsi karena keyakinan agama di Mondokan cukup kuat. Sapi yang mati itu, ujar dia, rata-rata berusia 3-4 tahun dengan jenis kelamin jantan dan betina.   Penulis: Supriyadi Editor: Supriyadi Sumber: Solopos.com

Baca Juga

Komentar