Jumat, 29 Maret 2024

Bencana Banjir dan Kekeringan Ancam Grobogan, Ini Solusi yang Ditawarkan Bappeda

Saiful Anwar
Selasa, 29 Maret 2022 19:46:30
Kepala Bappeda Grobogan Anang Armunanto. (MURIANEWS/Saiful Anwar)
[caption id="attachment_281106" align="alignleft" width="1280"]Bencana Banjir dan Kekeringan Ancam Grobogan, Ini Solusi yang Ditawarkan Bappeda Kepala Bappeda Grobogan Anang Armunanto. (MURIANEWS/Saiful Anwar)[/caption] MURIANEWS, GroboganBencana banjir dan kekeringan yang kerap terjadi di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah membutuhkan solusi yang tepat untuk menanggulanginya. Kepala Bappeda Grobogan Anang Armunanto mengatakan ada solusi yang mestinya bisa dilakukan di Grobogan. Seperti menanam pohon penyerap air atau membuat sumur resapan. Dengan begitu, air yang melimpah saat hujan dapat dimanfaatkan. “Kalau bisa ya menanam di lahan-lahan kosong. Di rumah bisa bikin seperti itu sudah bagus. Misalnya tanam pohon besar seperti beringin yang memang bisa meresap air. Kemudian bikin sumur resapan, sehingga air tertampung di dalam sumur itu,” kata Anang. Baca juga: Bencana Banjir dan Kekeringan Masih Mengancam Grobogan, Ini Sebabnya Anang menyebut, air hujan yang tertampung itu dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, atau pun mandi cuci kakus (MCK). “Ada toren air yang bisa menampung air hujan. Setidaknya bisa dimanfaatkan untuk siram-siram, nyuci-nyuci, kebutuhan MCK kan bisa. Nanti yang air bawah tanahnya bisa untuk air minum,” imbuhnya. Pembuatan lubang biopori juga sangat disarankan. Sebab, air akan masuk dengan cepat ke tanah lewat lubang-lubang biopori itu. “Lubang biopori itu kan bagus, sifatnya meresap. Membuatkan lubang-lubang ke pori-pori tanah sehingga air itu gampang masuk ke tanah,” jelasnya. “Harapannya, dengan tanah yang tidak ada cekungan bawahnya tadi, tapi kan menyimpa air. Sehingga ketika kemarau panjang tidak langsung habis,” tambahnya. Menurutnya, menggerakkan masyarakat untuk bersedia membikin tampungan air tersebut memang tidak mudah. Padahal, sebenarnya untuk membuatnya bisa mandiri karena tidak membutuhkan dana yang besar. “Itu kan bisa mandiri. Tidak harus permanen yang bagus. Mau menggali tanah dengan peralon-peralon bekas itu kan bisa. Masyarakat yang mampu kan banyak. Misalnya pegawai negeri, ASN, nanti desa-desa. Itu kan tidak mahal. Kesadaran saja sebenarnya,” terangnya.   Reporter: Saiful Anwar Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar