Portal berita lokal yang menyajikan informasi dari Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan secara cepat, tepat, dan akurat.

Kisah Sopir Truk Berkaki Satu di Kudus Minta Bantuan Presiden

Sopir truk berkaki satu asal Kelurahan Panjunan, Kudus, Supriyadi yang menolak aturan ODOL. (MURIANEWS/Vega Ma’arijil Ula)

MURIANEWS, Kudus – Sopir truk asal Kelurahan Panjunan, Kabupaten Kudus, Supriyadi viral karena videonya meminta bantuan presiden. Dia merupakan sopir difabel yang hanya memiliki satu kaki.

Dia ingin ada revisi Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang mengatur penindakan over dimention over load (Odol).

Pada video itu dia menyebut presiden dan para menteri. Dia ingin dibantu agar ada kebijakan yang baik terkait Odol.

“Halo pak presiden para menteri. Saya mau bekerja diusahakan tolong bantu saya. Dalam kondisi begini saya mau bekerja tidak mengemis kok,” katanya di video tersebut.

Dia juga meminta supaya tidak ada pencegatan terkait tonase truk. Dia menyebut tidak layak dicegat karena dirinya bukan teroris.

“Saya bukan teroris, bukan penjahat jangan kamu cegatin. Saya termasuk pahlawan tanpa tanda jasa,” sambungnya melalui video tersebut.

Baca: Sopir Truk dari Pati dan Jepara Berbondong-bondong Ikut Demo di Kudus

Di akhir video tersebut dia juga mengatakan kondisi dirinya yang berkaki satu. Namun, dia tidak mau menjadi pengemis.

“Saya orang Indonesia benar berkaki satu. Tetapi tidak mengemis bosku. Tidak separah yang punya gaji punya bayaran tetapi menjadi pengemis,” imbuhnya di video tersebut.

Ditemui di garasi truk RT IV, RW I Desa Getas Pejaten, Jati, Kudus, Supriyadi mengaku ingin ada kebijakan yang membantunya. Sehingga dia tetap dapat bekerja.

“Karena dengan menjadi sopir ini saya bisa mendapatkan gaji yang lumayan. Bisa memberi makan istri dan nyambi makelaran onderdil truk,” kata ayah lima anak itu, Rabu (23/2/2022).

Baca: Sopir Truk Penuhi Jalan Lingkar Kudus, Demo soal ODOL

Meski kaki kanannya sudah tidak normal, dia mengaku tetap bisa nyopir. Ia menggunakan kaki palsu untuk membantunya beraktivitas. Dia mengaku tidak mau menyerah dengan keadaan.

“Awalnya memang sulit karena harus nyopir pakai satu kaki. Tetapi berjalannya waktu saya bisa. Terapi kalau jalannya ramai saya minggir dulu,” terangnya.

Ia kehilangan satu kakinya karena kecelakaan di Karawang 2013 lalu. Setelah itu ia terpaksa vakum dua tahun karena harus menyesuaikan dengan satu kaki.

“Saya mengalami kecelakaan di Karawang. Saat itu yang nyopir truk kernet saya. Kecelakaan itu menyebabkan kaki kanan diamputasi,” pungkasnya.

 

Reporter: Vega Ma’arijil Ula
Editor: Ali Muntoha

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.