Jumat, 29 Maret 2024

UMKM Grobogan Bertahan Hadapi Pandemi, Ini Rahasianya

Saiful Anwar
Selasa, 18 Januari 2022 22:00:07
Para karyawan sedang menjahit di Makmur Jaya Mebel di Desa Kalirejo, Kecamatan Wirosari. (Murianews/Saiful Anwar).
[caption id="attachment_266339" align="alignleft" width="1280"]UMKM Grobogan Bertahan Hadapi Pandemi, Ini Rahasianya Para karyawan sedang menjahit di Makmur Jaya Mebel di Desa Kalirejo, Kecamatan Wirosari. (Murianews/Saiful Anwar).[/caption] MURIANEWS, Grobogan – Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi salah satu pihak yang merasakan betul dampak Pandemi Covid-19. Tak terkecuali di Kabupaten Grobogan. Di tengah masa sulit, beberapa UMKM mencoba melalui cobaan berat bernama Pandemi Covid-19 itu. Salah satu yang berhasil bertahan adalah Laksmita Purwaningrum (45), pengusaha mebel asal Grobogan. Perempuan yang karib disapa Nining itu, memulai usahanya sekitar 11 tahun lalu. Saat itu ia nekat keluar dari zona nyamannya, yakni bekerja di Kota Semarang. Ia memilih keluar karena tak tega meninggalkan ibunya yang sudah lanjut usia. Sebab, dua saudaranya tinggal di luar kota. Di awal-awal membuka usahanya, hanya ada tiga orang yang bekerja padanya. Semakin tahun usahanya semakin berkembang, hingga kini punya belasan karyawan karyawan. Baca juga: 40 UMKM Kudus Didata, Ada Apa? “Kami melayani renovasi sofa dan spring bed, untuk laundry juga bisa. Untuk sofa dan spring bed ini kan memang kami bisa buat sendiri. Kalau lemari, rak buku yang di ruangan satunya itu kami beli jadi,” tuturnya saat ditemui di rumahnya yang juga menjadi tempat usahanya, di Desa Kalirejo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Selasa (18/1/2022). Namun, cobaan datang saat Pandemi Covid-19 menghajar dunia pada Maret 2020 lalu. Omzet usahanya pun langsung terjun bebas. Sama seperti pelaku usaha lainnya, ia juga terpaksa merumahkan sebagian besar karyawannya. Dari 17 karyawan, hanya enam orang yang tetap bekerja. Praktis selama tiga bulan di awal pandemi hanya enam orang yang bekerja. Setelah itu, satu per satu karyawan dipanggil lagi. “Ibaratnya, kalau biasanya sehari laku lima, semenjak datangnya pandemi itu sehari hanya satu. Mau tidak mau harus mengurangi karyawan, waktu itu tinggal enam. Saya pilih yang benar-benar sangat penting. Sekarang 14 yang masih bekerja,” kata Nining tanpa bersedia menyebutkan omzet bulanannya. Untuk menjaga usahanya, kepercayaan konsumen sangat ia jaga. Sebab, itu sangat penting bagi siapapun yang membuka usaha. Dari konsumen itulah, kemudian akan diceritakan kualitas produk yang telah dibeli. Mulai diceritakan ke saudaranya, tetangga, hingga teman-temannya. Maka, saat mereka butuh dan uang tersedia, produk miliknyalah yang dipilih. “Bisa dibilang getok tular. Karena sampai sekarang saya tidak pakai sosial media seperti Facebook (Fb) atau Instagram (IG) untuk promosi. Saya hanya pakai WA (Whatsapp),” kata perempuan berkacamata ini. Alumnus Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL) Yogyakarta pada 1999 itu pun hanya mengandalkan WhatsApp untuk menawarkan produknya. Meski kerabat atau teman itu sudah berpindah tempat tinggal, selama masih terjangkau, ternyata memang tetap memesan produknya. Produk korden, seprei, dan bantal sofanya paling jauh dikirim hingga Papua. Nining mengaku belum akan mengoptimalkan memakai sosial media. Meski begitu, di internet, tokonya tetap ditemukan saat diketik Makmur Jaya Mebel Wirosari. Sebab ada data tokonya di layanan Googlemaps atau peta Google. Nining menggaji karyawannya sesuai dengan beban kerja. Gaji karyawannya per hari antara Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu. Dia sengaja memilih para karyawan dari desanya sendiri. Itu untuk memberdayakan masyarakat sesuai keinginannya. Mereka tidak diperlakukan seperti sebagaimana posisi atasan dan bawahan yang kebanyakan kaku, tetapi seperti saudara sendiri. Ada banyak toleransi yang diberikan kepada para karyawan. Misalnya, saat musim tanam padi, mereka dibolehkan libur untuk mengurus sawah. Atau, karyawan yang punya bayi juga dibolehkan telat demi memberi ASI. Ada pula karyawan yang saudaranya punya hajat pernikahan atau sunatan juga diperbolehkan libur. “Tentu, konsekuensinya gajinya dikurangi. Tapi kalau mereka kerjanya lebih dari seharusnya juga saya tambah gajinya,” pungkas Nining.   Reporter: Saiful Anwar Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar