Jumat, 29 Maret 2024

Difabel di Kudus Ini Sulap Limbah Mebel jadi Karya Seni Tinggi

Yuda Auliya Rahman
Sabtu, 15 Januari 2022 20:40:08
Sulikin membersihkan salah satu patung hasil pahatan tanganya. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)
[caption id="attachment_265656" align="alignleft" width="1280"] Sulikin membersihkan salah satu patung hasil pahatan tanganya. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption] MURIANEWS, Kudus - Keterbatasan fisik tak membuat pemuda bernama Sulikin (25) warga Desa Kutuk, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus patah semangat. Ia mampu menggali kelebihannya untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah. Dengan keuletan serta keterampilan tangannya dalam memahat, Ulik, sapaan akrabnya mampu menyulap limbah kayu jati bekas mebel menjadi karya bernilai seni tinggi. Ia mampu menciptakan beraneka macam patung ataupun asbak bermotif hewan, pajangan dinding ukiran pewayangan, hingga ukiran wajah seseorang. Ia menceritakan, ide mengukir kayu dengan segala bentuk tersebut berawal dari keisengannya untuk mengisi waktu luang. Membuat ukiran kayu dengan berbagai bentuk karakter itu, sudah ditekuni sejak tiga tahun lalu, dan diperlajari secara cara otodidak. "Jadi awalnya sudah suka gambar, corat-coret di kertas. Akhirnya buat mengisi kesibukan lagi mencoba mengaplikasikannya dengan media kayu, dan hasilnya bisa menjadi beberapa bentuk," katanya, Sabtu (15/1/2022). Baca: Banyak Difabel Kudus Lari ke Jepara karena Diabaikan Perusahaan Ia menjelaskan, ukiran pahatan patung karakter hewan dibuatnya menggunakan limbah kayu bekas mebel. Namun, untuk ukiran wajah yang berbentuk figura dibuat dengan kayu utuh yang telah dipotong. Menurutnya proses produksi patung hewan lebih susah dibandingkan ukiran wajah. Pasalnya, ukiran patung hewan dibuat berdasarkan inspirasi dengan kepala terbuka. "Proses pengerjaan mulai tiga sampai empat harinan. Bahanya menggunakan kayu jati," ucapnya. Baca: Kasihan, PMI asal Kudus Dideportasi Malaysia Gaji Ditilap Agen Selama ini, sambung dia, hasil karya pahatannya itu dipasarkan melalui media sosial. Hanya saja, cara tersebut belum begitu efektif. Selama ini, orderan yang masuk lebih manyak dari mulut ke mulut. "Harga jualnya sekitar Rp 100 ribu-Rp 500 ribu sudah finishing plitur, tapi juga tergantung permintaan ukiran besar kecilnya. Ini sudah seratusan yang pernah saya jual, ada yang sampai ke Batam," imbuhnya.   Reporter: Yuda Auliya Rahman Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar