Jumat, 29 Maret 2024

Sejarah 10 Januari Diperingati Sebagai Hari Tritura

Murianews
Senin, 10 Januari 2022 05:30:22
Ilustrasi. Peringatan Hari Tritura 10 Januari. (Dok. AyoBandung.com)
[caption id="attachment_263854" align="alignleft" width="1280"]Sejarah 10 Januari Diperingati Sebagai Hari Tritura Ilustrasi. Peringatan Hari Tritura 10 Januari. (Dok. AyoBandung.com)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Masih banyak yang belum mengetahui, 10 Januari adalah peringatan untuk Hari Tritura. Hari Tritura tak lepas dari sejarah munculnya orde baru dan berakhirnya orde lama. Tritura yang merupakan singkatan dari Tri Tuntutan Rakyat atau tiga tuntutan rakyat itu disebut sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. Tiga tuntutan itu diprakarsai oleh gerakan mahasiswa. Tuntutan itu disuarakan para mahasiswa yang tergabung dalam kesatuan aksi mahasiswa Indonesia (KAMI) yang kemudian diikuti kesatuan-kesatuan aksi lainnya. Saati itu, tercatat ada kelompok seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), serta didukung penuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Melansir Kompas.com, Minggu (9/1/2022), pembahasan mengenai Tritura sangat berkaitan dengan periode kekuasaan presiden Soeharto. Indonesia telah mengalami beberapa periode pemerintahan sejak proklamasi kemerdekaan di tahun 1945. Sebagaimana diketahui, dalam sejarah politik Indonesia dikenal istilah Orde lama. Periodi ini merujuk kepada masa pemerintahan Ir.Soekarno (1945 hingga 1966). Setelah itu dimulailah Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun di bawah kepemimpinan Jenderal Soeharto (1966-1998). Dalam Buku Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998 (2011) yang diterbitkan Kemenparekraf tertulis bahwa kondisi politik di Indonesia dari tahun 1960 sampai dengan 1965 diwarnai oleh konstelasi tiga kekuatan politik. Tiga kekuatan politik itu, adalah Soekarno, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan Partai Komunis Indonesia. Pada masa itu, muncul ketidakstabilan politik dan membuat tingkat kepercayaan rakyat pada pemerintah menurun. Baca juga: Catatan Sejarah:  4 Januari 1946 Yogyakarta jadi Ibu Kota Republik Indonesia Belum lagi, sikap Soekarno yang anti-neokolonialisme dan neoimperialisme membuat Indonesia dijauhi negara barat. Kondisi itu membuat Indonesia semakin sulit posisinya. Dampaknya, Indonesia kehilangan dukungan internasional, baik di bidang politik maupun ekonomi. Puncaknya adalah malam gerakan 30 September (G30S) dimana PKI diminta bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan tujuh jenderal TNI. Ketidakstabilan politik ini berdampak pada kondisi ekonomi yang membuat rakyat merasa kesulitan. Sementara pertemuan KAMI tanggal 9 Januari 1966 juga telah menyepakati beberapa rumusan tuntutan yang pada kemudian hari disebut Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat yang akan disampaikan kepada Presiden Soekarno. Tritura sendiri dihasilkan dari hasil diskusi para mahasiswa, tanpa campur tangan pihak lainnya. Tiga orang wakil KAMI Pusat yaitu, lsmid Hadad (Ikatan Pers Mahasiswa), Saverinus Suwardi (PMKRI) dan Nazaruddin Nasution (HMI) adalah orang-orang yang merumuskan tiga tuntutan bersejarah itu. Isi Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat adalah:
  1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
  2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
  3. Turunkan harga
Baca juga: Hari KOWAL Diperingati Tiap 5 Januari, Bagaimana Sejarahnya? Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Pusat yang mengadakan rapat di sekretariatnya, di Jalan Sam Ratulangi No. I dan memutuskan untuk menyelenggarakan demonstrasi secara besar-besaran pada 10 Januari 1966. Pada hari itu, di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk pertama kalinya Tritura dikumandangkan. Peristiwa itu kemudian diperingati menjadi Hari Tritura. Kolonel Sarwo Edhi, yang ketika itu sebagai komandan pasukan elite RPKAD juga hadir dalam momen bersejarah tersebut. Pada hari itu juga terjadi aksi-aksi dan pendudukan tempat-tempat strategis di Jakarta. Sementara wakil mahasiswa diterima oleh Wakil Perdana Menteri III, Chairul Saleh yang berujung pada penyerahan keputusan kepada Presiden. Dua hari setelah Trikora dikumandangkan pada 12 Januari 1966, wakil mahasiswa diundang Presiden Soekarno di lstana Bogor untuk menghadiri sidang kabinet. Baca juga: NU Minta Penulisan Sejarah Indonesia Direvitalisasi Beberapa tuntutan mahasiswa dijawab dengan penurunan harga minyak sebesar 50 persen serta upaya untuk mencari jalan keluar untuk menurunkan harga barang secara keseluruhan. Namun kemudian presiden Soekarno merasa janjinya sulit direalisasikan dan menuduh gerakan mahasiswa dimanipulasi dan ditunggangi oleh kekuatan neokolonialisme dan imperialisme. Mahasiswa kembali bergerak agar Tritura dipenuhi dan melakukan aksi sabotase pelantikan Kabinet Baru yang memaksa para calon menteri harus mencapai istana dengan menggunakan helikopter. Dalam situasi memanas antara mahasiswa dan pasukan pengawal khusus presiden, Cakrabirawa terjadilah sebuah insiden. Salah seorang demonstran dari Universitas Indonesia, Arif Rachman Hakim tertembak dan gugur. Hal ini semakin membakar semangat para mahasiswa. Pada akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret yang memberikan tugas kepada Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Melalui surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) inilah yang menjadi awal bagi Soeharto mendapat wewenang untuk mengambil segala tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas politik. Surat Perintah 11 Maret 1966 ini kemudian dianggap sebagai merupakan awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru. Usaha para mahasiswa untuk memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat menjadi catatan sejarah bangsa. Untuk mengingat kejadian tersebut, tiap tanggal 10 Januari juga ditetapkan sebagai Hari Tritura.   Penulis: Chambali Editor: Zulkifli Fahmi Sumber: kompas.com

Baca Juga

Komentar