Jumat, 29 Maret 2024

Ini Tanda Tertua Adanya Pengaruh Kebudayaan Hindu di Indonesia

Murianews
Kamis, 6 Januari 2022 16:51:10
Candi Bajang Ratu (travelingyuk.com)
  [caption id="attachment_263068" align="alignleft" width="1227"]Ini Tanda Tertua Adanya Pengaruh Kebudayaan Hindu di Indonesia Candi Bajang Ratu (travelingyuk.com)[/caption] MURIANEWS, Kudus - Sudah bukan hal asing lagi jika budaya dan agama Hindu dan Buddha sudah lama ada di Indonesia, sejak abad ke-5 hingga abad ke-15. Datangnya budaya dan agama Hindu dan Buddha menghasilkan sebuah akulturasi budaya dengan budaya Indonesia. Maka dari itu, banyak sekali bangunan bersejarah Indonesia yang bercorak Hindu dan Buddha. Secara umum, pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia dalam bentuk bangunan masih bisa ditemukan hingga sekarang. Bahkan juga menjadi bahan pembelajaran akan sejarah masuknya Hindu-Buddha di Indonesia. Masuknya Hindu ke Indonesia tak hanya berpengaruh dalam hal agama namun juga kemunculan pencampuran budaya nusantara. Lantas apa tanda tertua pengaruh kebudayaan Hindu? Baca juga :Situs Candi Peninggalan Kerajaan Hindu Ditemukan di Demak Dilansir dari detik.com, (08/09/2021), pengaruh tersebut mengakibatkan adanya percampuran budaya atau akulturasi antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan yang dibawa Hindu. Tanda adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pertama Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, aktivitas perdagangan di Selat Malaka membuka jalan bagi masuknya pengaruh kebudayaan India yang bernapaskan Hindu-Buddha. Di kawasan timur Sumatera, bukti awalnya diperlihatkan oleh temuan arca Wisnu abad ke-5 sampai 6 Masehi, di Kota Kapur, Bangka Selatan. Pada masa pra Sriwijaya itu ternyata telah ada pemukiman masyarakat Hindu pemuja Wisnu di wilayah sekitar perlintasan jalur pelayaran niaga. Mereka juga terlibat dalam perdagangan dengan India. Ada bukti sisa-sisa dermaga kayu di muara Sungai Menduk. Juga, temuan tembikar Arikamedu dari India Selatan. Di bawah dermaga kuno tersebut. Pada masa selanjutnya, agama yang berkembang di kawasan pantai timur Sumatera adalah Buddha Mahayana. Menjadi agama resmi di Kerajaan Sriwijaya. Ajaran Buddha Mahayana tumbuh sedemikian suburnya. Persebarannya mencakup hampir seluruh wilayah Sumatera. Raja Sriwijaya sendiri memang memberi dukungan dan perhatian penuh bagi perkembangannya. Banyak temuan arca-arca Bodhisattwa yang membuktikan kehadiran ajaran Buddha. Adanya prasasti dan kerajaan Berdasarkan buku "Sejarah itu Asyik Jilid 2" oleh Ahmad Muhli Junaidi, adanya tanda-tanda tertua pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia adalah dengan ditemukannya prasasti-prasasti di daerah Sungai Cisadane, dekat Kota Bogor serta di Jawa Barat dan dekat Kota Jakarta. Selain itu ada juga peninggalan kebudayaan Hindu yang dibawa orang-orang India di sepanjang pantai Kalimantan Timur, yaitu di daerah Muarakaman, Kutai yang bisa dilihat hingga saat ini. Menurut para ahli sejarah kuno, kerajaan-kerajaan yang disebut dalam prasasti-prasasti yang ditemukan adalah kerajaan Indonesia asli, yang hidup makmur bersumber dari perdagangan dengan negara-negara di India Selatan. Interaksi perdagangan tersebut kemudian mempengaruhi cara pandang para raja-raja saat itu untuk mengadopsi konsep-konsep Hindu dengan cara mengundang para ahli dan para pendeta dari golongan Brahmana (pendeta) di India Selatan yang beragama Wisnu atau Brahma. Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, kerajaan tertua di Muarakaman atau sungai Mahakam, Kalimatan Timur, yaitu Kerajaan Kutai mendapat pengaruh yang kuat dari budaya India. Percampuran budaya itu kemudian melahirkan kerajaan yang bersifat Hindu di Nusantara. Baik itu yang mencakup dalam sistem religi, sistem kemasyarakatan, dan bentuk pemerintahan. Sistem kasta Salah satu hal penting adanya pengaruh Hindu di Indonesia adalah susunan negara yang amat hirarkis dengan pembagian-pembagiannya yang digolongkan menjadi empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Pada waktu kebudayaan India yang mayoritas Hindu itu belum masuk di Indonesia, pemerintahan desa dipimpin oleh seorang kepala suku melalui cara-cara yang terkuat maka dia yang terpilih. Seorang kepala suku merupakan orang pilihan yang mengetahui tentang adat istiadat dan upacara pemujaan roh nenek moyangnya dengan baik. Tugasnya adalah melindungi keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya, maka dari itu perintahnya dipatuhi oleh warganya. Namun, setelah masuknya budaya India, terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan. Kedudukan kepala suku digantikan oleh raja seperti halnya di India. Raja memiliki kekuasaan yang sangat besar. Lalu kedudukan raja tidak lagi berdasarkan prinsip primus interpares, akan tetapi diturunkan secara turun temurun. Raja dimitoskan sedemikian rupa agar segenap rakyat tunduk patuh kepadanya. Mitos-mitos tersebut dibuat sedemikian rupa oleh para pujangga keraton, agar seakan-akan benar-benar terjadi. Misalkan, Ken Arok dimitoskan sebagai titisan dewa atau anak dewa, atau di Madura, Joko Tole dimitoskan lahir dari perantara 'kawin mimpi antara Potre Koneng dangan Adi Poday, dan sebagainya. Itulah beberapa tanda tertua adanya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia.   Penulis : Chambali Editor : Dani Agus Sumber: detik.com    

Baca Juga

Komentar