Kamis, 28 Maret 2024

Mengakhiri Pandemi atau Gelombang Ketiga

Zulkifli Fahmi
Rabu, 29 Desember 2021 14:02:16
Ilustrasi Covid19 Omicron. (MURIANEWS)
[caption id="attachment_181392" align="alignleft" width="1280"]Mengakhiri Pandemi atau Gelombang Ketiga Ilustrasi Covid19 Omicron. (MURIANEWS)[/caption] MURIANEWS, Jakarta – Sejak kemunculannya, virus Corona telah membikin dunia kepayahan. Kemunculan ini pun membuat WHO menetapkan penyebaran penyakit ini sebagai pandemi. Di Indonesia, kasus pertama kali diumumkan Presiden Joko Widodo pada, Senin, 2 Maret 2020. Saat itu terdapat 2 perempuan berusia 31 tahun dan 64 tahun. Saat itu pemerintah masih ancang-ancang mencari cara supaya kasus tak cepat menyebar. Berikut rangkuman MURIANEWS terkait situasi Covid19 sejak awal Januari 2021 hingga kini.   [caption id="attachment_230692" align="alignleft" width="1280"] Portal penutupan akses di Alun-alun Kudus saat PPKM Darurat Juli lalu. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)[/caption] Juli yang Mencekam Di awal Januari, angka konfirmasi harian sudah mulai menandakan naik turun. Dari 8072 kasus di 1 Januari merangsek naik 14.224 kasus pada 16 Januari. Kasus konfirmasi ini sempat menurun dan terkesan membaik pada 15 Mei. Saat itu angka konfirmasi harian mencapai 2.385 kasus. Namun, pada 17 Juni angka konfirmasi harian kembali melejit, yakni 12,624 kasus. Sejak itu kasus terus meluncur hingga puncaknya pada 15 Juli, dengan 56,757 kasus dalam sehari. Dalam puncak kasus itu, orang meninggal karena Covid19 juga meningkat. Tercatat pada 16 Juli 1.205 orang meninggal karena Covid19 dalam sehari itu. Bahkan pada 27 Juli jumlah yang meninggal karena Covid19 ada 2.069 orang di hari itu. Pada periode 24 Juli – 30 Juli jumlah kematian mencapai 11.713 kasus kematian secara nasional. Kasus kematian di Jawa-Bali masih tercatat tertinggi dalam seminggu terakhir yaitu 71,3% dari total kematian nasional meskipun terjadi penurunan dari periode sebelumnya. Jawa Tengah dan Jawa Timur mempunyai kontribusi yang tertinggi pada kasus kematian di Jawa dan Bali. Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Keterisian Tempat Tidur Rumah Sakit di Solo Nyaris Penuh Kasus kematian meningkat tajam di Regional luar Jawa Bali. Peningkatan kematian cukup ekstrim di wilayah Sumatera (98.7%) dan wilayah bagian Timur (67,3%). Meningkatnya kasus kematian karena Covid ini disebabkan beberapa faktor. Mulai dari tingginya tingkat keterisian di Rumah Sakit sehingga pasien Covid19 sedikit tertangani, hingga terjadi kelangkaan tabung oksigen. Pemerintah pun membuka rumah sakit darurat dibeberapa tempat. Seperti Asrama Haji Boyolali, Wisma Atlet, hingga hotel-hotel dijadikan tempat rujukan untuk perawatan Covid. Lonjakan kasus ini juga dikarenakan munculnya varian Delta yang menginfeksi Indonesia. Varian Covid19 itu disebut memiliki tingkat penularan yang cepat. Di sisi lain, pemerintah juga menerapkan PPKM Darurat pada 3 Juli 2021. Kebijakan ini berlaku hingga 20 Juli 2021 dan diperpanjang sampai 2 Agustus. PPKM Darurat ini meliputi pembatasan-pembatasan aktivitas masyarakat yang lebih ketat daripada sebelumnya, yakni PPKM Mikro. Tak hanya memberlakukan PPKM Darurat dan kemudian diperpanjang dengan PPKM Level 4 itu saja, pemerintah juga menggencarkan vaksinasi. Vaksin mulai disuntikkan pada lansia yang menjadi mayoritas korban meninggal karena Covid19. [caption id="attachment_259470" align="alignleft" width="660"]Covid-19 Varian baru Covid-19. Omicron yang masuk ke Indonesia diduga berawal dari WNI yang pulang dari Nigeria. (Ilustrasi/Murianews)[/caption] Omicron, Ujian Mengakhiri Pandemi Sejak mulai menurunnya kasus konfirmasi harian pada periode September hingga November, kini Indonesia mulai dihadapkan dengan tantangan baru. Tantangan itu yakni, munculnya varian Omicron. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada 16 Desember 2021 mengumumkan kasus varian Omicron yang pertama di Indonesia. Saat itu, satu orang petugas kebersihan di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta dikonfirmasi Positif Omicron. Sejak pengumuman itu, pada 28 Desember 2021, total orang yang terpapar varian Omicron ini mencapai 47 orang. Satu di antaranya merupakan kasus transmisi lokal. Sementara 46 orang lainnya merupakan imported case. Baca juga: WASPADA! Transmisi Lokal Omicron Sudah Ditemukan Kemunculan ini membuat pemerintah meningkatkan kewaspadaannya. Lebih lagi, pada periode 23 – 27 Desember sudah ada 10 ribu WNI yang plesiran ke luar negeri. Padahal pemerintah telah berulangkali mengimbau untuk tidak bepergian keluar negeri mengingat varian Omicron di luar negeri cukup mencekam. “Saat ini, situasi di Indonesia jauh lebih aman,” ujar Menkes, 16 Desember lalu saat konfrensi pers melalui kanal YouTube BNPB. Pemerintah juga mulai menyuntikkan vaksin untuk anak usia 6-11 tahun. Padahal sebelumnya, penyuntikan ini ditargetkan mulai pada Januari 2022. Namun, kemunculan Omicron ini memberikan kekhawatiran tersendiri. [caption id="attachment_252997" align="alignleft" width="1280"]2022, Obat Covid-19 Molnupiravir Diharap Bisa Digunakan Obat Covid-19 Molnupiravir bikinan Merck. (dok.Merck, Sharp & Dohme)[/caption] Menanti Obat Covid19 dan Vaksin Booster di 2022 Sebelum kemunculan varian Omicron ini. Pemerintah sebenarnya sudah optimis untuk mengakhiri Pandemi dan menuju Endemi di 2022 nanti. Sikap optimis ini, lantaran pada periode September 2021 – November 2021, kasus mulai terkendali. Bahkan, telah muncul obat Covid19, Molnuvirapir yang diklaim mampu menekan tingkat keparahan pada pasien. Baca juga: Obat Covid-19 Jadi Harapan Akhiri Pandemi Menkes berharap obat tersebut tiba di Indonesia di akhir 2021, sehingga bisa segera diedarkan pada 2022. Menurutnya, saat ini pemerintah menunggu izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari Food and Drugs Administrasion (FDA). “Diharapkan awal Desember ini juga sudah keluar dari sana,” katanya, dikutip MURIANEWS melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (15/11/2021). Selain itu, pemerintah juga menyiapkan booster vaksin Covid19 di 2022. Booster vaksin ini diberikan untuk mencegah dan menangkal varian Omicron. Ada tiga vaksin yang disiapkan pemerintah, yakni Pfizer, AstraZeneca, dan CoronaVac atau Sinovac. “Sebagai vaksin booster Covid-19, secara homologous juga sudah berproses. Ada tiga vaksin yang sudah berproses, jadi artinya menggunakan data dari uji klinik yang dilakukan di luar negeri,” kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam Rapat Dengan Pendapat (RDP) Komisi IX DPR, Selasa (14/12/2021) yang disiarkan secara live di YouTube DPR RI.   Penulis: Zulkifli Fahmi Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar