Jumat, 29 Maret 2024

Pranata Mangsa Tak Kalah Unggul untuk Membaca Alam

Cholis Anwar
Minggu, 21 November 2021 16:15:31
Anis Sholeh Ba’asyin dalam Suluk Maleman. (MURIANEWS/Istimewa)
[caption id="attachment_253871" align="alignleft" width="1280"] Anis Sholeh Ba’asyin dalam Suluk Maleman. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption] MURIANEWS, Pati - Pranata mangsa sudah ratusan tahun lalu menjadi pegangan bangsa Indonesia untuk menentukan perubahan iklim. Bahkan dalam aplikasinya, para nelayan maupun petani masih menggunakan pengetahuan tersebut. Karena itu, pranata mangsa juga tidak kalah unggul dengan ilmu penentu iklim. Topik tersebut menjadi bahasan yang begitu menarik dalam Suluk Maleman edisi ke 119 pada Sabtu (20/11/2021) malam. Narasumner yang juga peneliti nutrisi dan iklim Muhammad Ghofur menyebut, sistem pranata mongso itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Bahkan sudah menjadi pengetahuan bangsa. Lewat pranata mangsa, para petani bahkan bisa mengetahui perkiraan cuaca sehingga bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Seperti jamur yang mulai tumbuh menjadi penanda hujan. “Di Gunung Kidul juga seperti saat ada burung tertentu itu yang menjadi penanda musim hujan. Ini tentu penting terutama bagi para petani yang belum tersentuh sistem irigasi,” katanya. Hanya saja sekarang ini pengetahuan timur seringkali masih dipandang sebelah mata. Hal itu lantaran masih jarang diangkat lewat jurnal, maupun didiskusikan di tingkat internasional. Sehingga lebih banyak yang mengakui pengetahuan barat ketimbang kearifan lokal. “Ini tentu bisa menjadi salah satu bentuk justifikasi pengetahuan. Pengetahuan timur dianggap rendah bila dibandingkan pengetahuan barat,” ujarnya. Baca: Kawanan Kera Serbu Tanaman Petani Tempur Jepara Kendati demikian, ilmu pranata mangsa dulunya sangat dekat dengan keseharian masyarakat. Hal itu terlihat banyak ditemukan tak hanya dalam kitab namun banyak berserak di sastra pujangga, kesenian, tradisi dan budaya hingga cerita tutur. Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Ba’asyin menambahkan, anggapan bahwa bila tidak memakai pengetahuan Eropa dan Amerika menjadi sesuatu yang tertinggal haruslah diubah. Lantaran banyak pula pengetahuan tradisional yang memang sangat efektif. Baca: Pria Ini Patahkan Mitos Blora Tak Cocok Ditanami Kelapa Anis pun mengingatkan agar dalam berpikir harus mampu melihat secara utuh. Jangan sampai memblok pengetahuan dengan pemikiran tertentu sebelum melihatnya dengan baik. Tak terkecuali perbandingan antara pengetahuan timur dan barat. “Sebenarnya kita punya posisi yang setara, tapi tidak berani menegaskannya. Kalau kita merendahkan pengetahuan timur tak ada bedanya kita menghakimi seseorang tanpa melihat persoalannya,” tegasnya. Dalam Suluk Maleman yang digelar pada Sabtu (21/11/20121) kemarin, juga turut dimeriahkan dengan koleksi Sampak GusUran. Terlihat ribuan masyarakat antusias menyaksikan ngaji budaya itu dari berbagai kanal media sosial.   Reporter: Cholis Anwar Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar