Jumat, 29 Maret 2024

Harga Cabai di Boyolali Anjlok, Petani: Ada Pasokan dari Jatim

Murianews
Kamis, 18 November 2021 13:37:49
Petani memetik cabai yang terserang penyakit patek di kebun miliknya Dukuh Brajan, Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Rabu (17/11/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)
[caption id="attachment_253355" align="alignleft" width="880"] Petani memetik cabai yang terserang penyakit patek di kebun miliknya Dukuh Brajan, Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Rabu (17/11/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)[/caption] MURIANEWS, Boyolali – Petani cabai di Boyolali saat ini kembali dibuat pusing. Pasalnya, harga cabai yang sempat naik menjadi Rp 16 ribu pe kilogram kini kembali anjlok Rp 11 ribu per kilogram. Supaham, salah seorang petani asal Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo mengatakan, beberapa pekan terakhir harga cabai dari petani berada di level Rp 11 ribu per kilogram. Harga ini perlahan terkerek Rp 1.000 beberapa kali hingga menembus Rp 16 ribu per kilogram. Namun, lebih dari sepekan terakhir, harga cabai rawit dari petani turun lagi ke Rp 11 ribu. Baca: Setelah Terpuruk, Cabai di Pati Mulai Pedas Lagi “Kabarnya ada pasokan cabai dalam jumlah besar dari Jawa Timur. Jadi harga turun lagi,” kata Supaham, seperti dikutip Solopos.com, Kamis (18/11/2021). Selama ini, dari lahan seluas 2.300 meter persegi miliknya ia bisa panen 50 kilogram cabai rawit sekali pemetikan. Ia biasanya memetik cabai secara berkala 2 hari sekali. Penurunan harga cabai ini otomatis membuat pendapatannya juga merosot. “Saya biasanya jual ke pengepul khusus. Ini sudah langganan dan bisa menerima berapapun yang saya punya,” ujar dia. Supaham juga mengeluhkan kebun cabainya diserang penyakit patek. Penyakit ini lazimnya muncul pada saat memasuki musim hujan. Kemunculan patek ditandai dengan buah cabai yang berubah menjadi cokelat seperti terbakar pada umurnya masih muda. Penyakit ini mudah menular dengan cepat. “Saya belum tahu bagaimana mengatasinya. Kalau sudah diserang patek sulit diselamatkan,” ujar dia. Baca: Harga Belum Membaik, Pati Kerahkan ASN Beli Cabai Petani Sebagai alternatif, ia memberikan tanaman sela berupa pohon tomat. Saat tanaman cabai habis masa produktifnya atau akibat patek, ia masih memiliki tanaman tomat. Penyuluh Pertanian Muda dari BPP Arongan Lambalek, Andri Hijjrah, seperti dikutip dari cybex.pertanian.go.id menyebutkan patek atau penyakit antraknosa merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur colletroticum capsisi. Jamur ini muncul akibat kondisi lingkungan yang lembab misalnya pada musim hujan. Penyakit ini bisa diatasi dengan beberapa cara yakni mengatur drainase yang baik. Lahan menanam cabai sebaiknya dibuat gol keliling terlebih dahulu sebelum dibuat bedengan. Hal ini agar saat turun hujan, air bisa lekas keluar dari lahan. Baca: PKS Borong Satu Ton Cabai dari Petani di Kudus dengan Harga Normal, Dibagikan ke Warga Selain itu, patek juga bisa diatasi dengan pemupukan yang tepat. Tanaman yang terpenuhi unsur nutrisi N, P, dan K lebih tahan terhadap serangan jamur. Bisa juga menambahkan unsur kalsium tinggi. Kalsium membuat dinding sel buah lebih kuat dan tahan terhadap jamur. Kemudian, pembersihan gulma. Gulma yang tidak dibersihkan menghambat mengalirnya kelebihan air dari lahan. Hal ini meningkatkan kelembaban sekitar tanaman. “Cabai yang terserang patek sebaiknya dipetik dan dibakar. Jangan hanyutkan cabai yang terserang patek ke saluran irigasi sebab justru memperluas serangan patek,” tulis Andri.   Penulis: Supriyadi Editor: Supriyadi Sumber: Solopos.com

Baca Juga

Komentar