Warga Desa di Blora Ini Tak Perlu Lagi Kepayahan Cari Air di Tengah Hutan

Proses pengeboran sumur di Dukuh Alasmalang, Desa Pengkoljagong, Kecamatan Jati, Blora. (MURIANEWS/Kontributor Blora)
MURIANEWS, Blora – Warga Dukuh Alasmalang, Desa Pengkoljagong, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, saat ini tak perlu lagi kesulitan untuk mencari air bersih. Ini seiring ditemukannya sumber air di dukuh tersebut setelah melakukan pengeboran sedalam 120 meter.
Sebelumnya warga harus mencari air dengan jarak sampai tujuh kilometer di dalam hutan. Terlebih saat musim kemarau tiba.
Misi pencarian sumber air ini diinisiasi oleh alumni SMA N 1 Blora angkatan 2006 bersama tim sedekah air.
“Alhamdulillah setelah dilakukan pengeboran sedalam 120 meter diketemukan sumber air yang cukup melimpah,” kata Febrian Chandra, alumni SMA N 1 Blora, Selasa (05/10/2021)
Chandra menjelaskan, pencarian sumber air ini sempat terhenti di kedalaman 80 meter. Saat itu dikedalaman ini telah diketemukan sumber air namun debit airnya sangat kecil.
“Setelah kita uji berapa kapasitas debit airnya, ternyata tidak sampai 30 menit air sudah habis,” ujarnya.
Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya diputuskan untuk memperdalam pengeboran hingga di titik 120 meter.
“Dalam pencarian sumber air ini kita tidak asal mengebor, namun sebelumnya telah dilakukan survei pemetaan secara geolistrik, di kedalam 120 menurut geolistrik terdapat potensi air yang cukup besar. Oleh karena itu kita lanjutkan dan alhamdulillah sesuai dengan perkiraan kita temukan sumber air yang cukup besar,” ujarnya.
Terpisah, alumni SMA 1 Blora Ardian Putera mengatakan, pemilihan lokasi di Dukuh Alasmalang karena selama bertahun-tahun masalah kekeringan selalu menghantui warga.
“Kami alumni SMA N 1 Blora angkatan 2006 bersama tim sedekah air memberikan perhatian khusus agar beancana tahunan ini terselesaikan dengan cara menemukan titik sumber air,” ungkapnya.
Sementara itu, Sugiyono Kepala Desa Pengkoljagong mengatakan, kekeringan dan kesulitan air bersih adalah bencana tahunan yang harus dihadapi warga Dukuh Alasmalang. Sebab untuk mencari sumber air warga harus berjalan sejauh tujuh kilometer di dalam hutan.
“Terkadang jika sudah sampai ke lokasi warga tidak kebagian air. Sebab sumber air di dalam hutan itu juga diperebutkan oleh warga di beberapa dukuh lainnya,” terangnya.
Alternatif lain untuk mencari sumber air bersih, warga harus membeli air yang diantarkan truk.
“Harganya Rp 300 ribu sekali antar. Itu yang diantar air dengan kapasitas 2.000 liter. Biasanya kalau di tempat lain beli air kapasitasnya 5.000 liter, karena jalan menuju lokasi jelek, maka untuk sampai ke lokasi hanya berani mengatar 2.000 liter. Takut truk ambles dan terguling,” tuturnya.
Kondisi seperti itu sudah dialami warga selama berpuluh – puluh tahun. Selain kesulitan air bersih, infrastruktur jalan juga menjadi persoalan untuk warga Alasmalang.
“Dulu pernah terjadi, orang meninggal di pertengahan jalan saat hendak di bawa ke rumah sakit. Karena mobil tidak memungkinkan untuk masuk ke daerah ini. Akhirnya ditandu dengan melewati jalan hutan. Namun nahas, yang bersangkutan meninggal di atas tandu saat di pertengahan jalan,” tuturnya.
Dia berharap ada perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk membenahi akses jalan menuju Alasmalang.
Sugiyono juga bersyukur atas ditemukan sumber air sedalam 120 meter. Karena kini warga tak lagi kesusahan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Kontributor Blora
Editor: Ali Muntoha