Kamis, 28 Maret 2024

Haedar Nasir: 76 Tahun Kemerdekaan, Indonesia Masih Terjerat Berbagai Masalah

Murianews
Senin, 30 Agustus 2021 16:04:49
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (MURIANEWS/Istimewa)
[caption id="attachment_236831" align="alignleft" width="1280"] Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption] MURIANEWS, Jakarta – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut 76 tahun kemerdekaan, di tubuh negeri Indonesia masih terdapat sejumlah masalah kebangsaan. Itu dikatakannya dalam Pidato Kebangsaan bertajuk ‘#IndonesiaJalanTengah, #IndonesiaMilikBersama’. “Ketika bangsa Indonesia memperingati 76 tahun kemerdekaan, di tubuh negeri ini masih terdapat sejumlah masalah kebangsaan,” katanya dalam pidato yang disiarkan di kanal YouTube TVMu, Senin (30/8/2021). Dia mengatakan, beragam masalah kebangsaan yang saat ini dihadapi Indonesia yakni, keterbelahan sesame anak bangsa, radikalisme-ekstremisme yang pro-kontra dalam pandangan dan penyikapan, hingga korupsi dan perlakuan terhadap koruptor yang dianggap memanjakan. Masalah lainnya, masih maraknya praktik demokrasi transaksional, kesenjangan sosial, menguatnya oligarki politik dan ekonomi, kehadiran media sosial yang memproduksi persoalan- persoalan baru, masalah utang luar negeri dan investasi asing, serta kehidupan kebangsaan yang semakin bebas atau liberal setelah dua dasawarsa reformasi. “Secara khusus tentu masalah pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya yang menambah masalah kebangsaan semakin berat,” ujarnya. Haedar pun mengatakan judul pidatonya ‘#IndonesiaJalanTengah, #IndonesiaMilikBersama’ sengaja menggunakan tagar. Itu diharapkan agar sebanyak mungkin para elite dan warga bangsa dapat menjadikan kedua isu penting tersebut sebagai masalah bersama untuk menjadi rujukan bersama. “Kedua isu penting tersebut sebagai masalah bersama untuk menjadi rujukan bersama!” Di kesempatan itu, Haedar menegaskan masalah-masalah itu tidak mengurangi apresiasi atas kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam kehidupan kebangsaan dari periode ke periode. “Ketika menghadapi masalah-masalah besar tersebut maupun dalam menilai capaian kemajuan, berkembang keragaman pandangan dan orientasi sikap sesuai sudut pandang dan posisi setiap pihak di negeri ini. Pada situasi yang krusial inilah maka diperlukan refleksi semua pihak bagaimana mengelola perbedaan-perbedaan itu untuk ditemukan titik temu dalam spirit Persatuan Indonesia demi keutuhan dan kelangsungan hidup Indonesia,” katanya.   Penulis: Zulkifli Fahmi Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar