Jumat, 29 Maret 2024

Qomarul Lailah, dari Guru SD Menjadi Wasit Badminton di Olimpiade Tokyo 2020

Murianews
Selasa, 10 Agustus 2021 05:00:33
Qomarul Lailah saat memimpin pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020. (Instagram/@gokepri_com)
[caption id="attachment_232722" align="alignleft" width="1280"] Qomarul Lailah saat memimpin pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020. (Instagram/@gokepri_com)[/caption] MURIANEWS, Surabaya – Olimpiade Tokyo 2020 telah berakhir belum lama ini. Namun, event olahraga bergengsi itu menjadi kenangan tersendiri bagi Qomarul Lailah (44), warga Surabaya, Jawa Timur. Ya, Guru SDN Sawunggaling 1 Surabaya, Jawa Timur itu menjadi wasit perempuan cabang olahraga badminton di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Di ketahui, Olimpiade Tokyo merupakan pengalaman pertama kalinya memimpin pertandingan di event empat tahunan itu. Lia, sapaan akrab Qomarul Lailah menceritakan pengalamannya. Dia mengaku, mulanya tidak tertarik menjadi wasit di cabang olahraga tepok bulu itu. Sebab, saat itu, dia tidak memahami tentang olahraga bulu tangkis. Lia kemudian mencoba mencari tahu soal olahraga itu. Setelah dirasa cukup, Lia kemudian tertarik untuk terjun dan mencoba ikut pelatihan. Dia juga harus menjalani ujian di tangkat provinsi. Setelah mengikuti serangkaian pelatihan dan ujian, akhirnya Lia dinyatakan lulus. Meski demikian, kelulusannya itu tak lantas membawa Lia begitu saja menjadi wasit profesional. Dalam kariernya sebagai wasit badminton, ada banyak tantangan yang dihadapinya. “Sampai para pemain berteriak, kok begitu wasitnya, ada yang bilang ini wasit lulusan mana, harus sekolah wasit lagi,” kata Lia menceritakan awal pengalaman terjun menjadi wasit pada Kompas.com, Senin (9/8/2021). Lia menganggap itu sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi jika ingin menjadi wasit profesional. Dia punoptimis bisa menjadi wasit profesional. Perempuan kelahiran Surabaya, 24 September 1977 itu pun tak putus semangat dan terus giat belajar. “Lalu dengan tetap optimis saya terus belajar, hingga saya terus membaca buku berjudul Law of Badminton. Buku itu memang segala aturan dan instruksi dalam bahasa Inggris,” tutur Lia. Sejak saat itu, Lia terus berjuang mengikuti berbagai ujian nasional di berbagai ajang. Seiring perjalanannya semakin melejit dalam dunia perwasitan. Namun begitu, dia tak melupakan kewajibannya menjadi pendidik SD mata pelajaran Bahasa Inggris. Menariknya, Lia menjelaskan seluruh ilmu yang diperolehnya sebagai wasit, juga diimplementasikan di sekolah tempatnya mengajar. Dia pun mengaku anak-anak didiknya di sekolah selalu dilatih agar selalu disiplin, percaya diri, dan pantang menyerah. Menurut dia, itu yang menjadi poin penting dalam meraih kesuksesan. “Ternyata itu betul-betul terjadi, ketika kita menerapkan tiga hal itu akan memudahkan kita mencapai banyak hal. Makanya, saya ajarkan kepada anak didik saya sedini mungkin. Kalau kamu pengin berhasil, disiplin nomor satu. Saya ajarkan mereka jadi the real bonek, jadi bonek sejati itu bukan kalau kalah main itu sakit hati terus berantem. Tetapi, keberanian yang kita butuhkan. Nah, bahasa asing itu butuh keberanian karena bahasa itu kebiasaan. Saya ajarkan ke mereka itu wani (berani) berbicara Inggris," tutur Lia. Dengan begitu, dia berharap generasi penerus bangsa, khususnya arek-arek Suroboyo, semakin gigih dan pantang menyerah dalam mewujudkan cita-cita. Dengan pencapaiannya saat ini, ibu dua anak ini berterima kasih kepada semua pihak atas kesempatan yang sudah diberikan, termasuk pada Dinas Pendidikan Kota Surabaya. “Terima kasih juga untuk Kepala Sekolah SDN Sawunggaling 1 Bu Sri Kis Untari dan semua pihak. Sekali lagi, matur nuwun,” kata Lia.   Penulis: Zulkifli Fahmi Editor: Zulkifli Fahmi Sumber: Kompas.com

Baca Juga

Komentar