Jumat, 29 Maret 2024

Harga Kedelai Impor di Kudus Alami Fluktuasi, Permintaah Masih Rendah

Anggara Jiwandhana
Jumat, 30 Juli 2021 13:52:47
Seorang pekerja tengah mengayak sari kedelai bahan dasar tahu di pabrik tahu di Desa Karangbener, Kudus. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)
[caption id="attachment_217021" align="alignleft" width="880"] Seorang pekerja tengah mengayak sari kedelai bahan dasar tahu di pabrik tahu di Desa Karangbener, Kudus. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Harga kedelai impor di Kabupaten Kudus mengalami fluktuasi sedari bulan Mei hingga akhir Juli 2021 ini. Harga pun kini menembus Rp 9.950 per kilogram. Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma'ruf mengatakan, pada akhir Mei 2021 harga komoditas impor tersebut sempat melambung di harga Rp 10.750 per kilogram. Kemudian berangsur turun menjadi Rp 9.650 per kilogram di bulan Juni. “Hingga akhirnya naik kembali di pekan kedua bulan Juli menjadi Rp 9.850 dan saat ini naik lagi menjadi Rp 9.950 per kilo,” katanya, Jumat (30/7/2021). Walau demikian, pihaknya belum mengetahui penyebab dari naik turunnya harga kedelai tersebut. Namun jika berkaca dari kasus sebelumnya, fluktuasi harga disebabkan karena naiknya indeks perdagangan dan pengaruh dolar. “Namun kami memang belum tahu pasti apa penyebabnya,” kata dia. Sementara terkait permintaan pasar, pihaknya pun mengakui adanya penurunan. Terlebih saat diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah daerah termasuk Kudus. “Sehingga permintaan pasar pun akhirnya terpengaruh PPKM,” sambung dia. Untuk stok kedelai impor sendiri, sambung Amar, tersedia cukup. Hal tersebut karena di gudang ada sekitar 40 ton lebih kedelai. Jumlah tersebut juga masih bisa ditambah karena dari distributor tersedia melimpah. Untuk diketahui, jumlah perajin tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300 lebih, yang tersebar di sejumlah kecamatan. Seperti Kecamatan Mejobo, Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, dan Jati.   Reporter: Anggara Jiwandhana Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar