Jumat, 29 Maret 2024

Makam di Klaten Dibongkar Gegara Tali Pocong Belum Dilepas, Keluarga Ternyata Sering Diimpeni

Murianews
Kamis, 22 Juli 2021 15:19:50
Makam di Klaten dibongkar karena tali pocong jenazahnya belum dilepas, Rabu (21/7/2021). (Detik.com/dok Kapolsek Karangdowo Klaten AKP Aleg Ipanudin)
[caption id="attachment_229573" align="alignleft" width="880"] Makam di Klaten dibongkar karena tali pocong jenazahnya belum dilepas, Rabu (21/7/2021). (Detik.com/dok Kapolsek Karangdowo Klaten AKP Aleg Ipanudin)[/caption] MURIANEWS, Klaten – Sebuah makam di Desa Bulusan, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten membuat geger warga setempat. Itu terjadi lantaran, makam yang baru berusia tujuh hari tersebut dibongkar karena tali pocong jenazahnya belum dilepas, Minggu (18/7/2021) sore. Pembongkaran makam itu merupakan permintaan anggota keluarga dari mendiang WN (54). Permintaan itu muncul setelah anggota keluarga almarhumah mengaku sering diimpeni alias didatangi almarhumah lewat mimpi saat tidur. Awalnya mimpi tersebut dianggap biasa lantaran dinilai sebagai perasaan kehilangan semata. Namun, karena mimpi tersebut berulang kali akhirnya mereka waswas dan curiga tali pocong almarhumah belum dilepas. Setelah dibongkar kecurigaan tersebut ternyata benar. Dikutip dari Solopos.com, WN merupakan wanita penjual makanan di Bogor, Jabar. Meski meninggal dunia di Bogor, almarhumah dimakamkan di Desa Bulusan, kecamatan Karangdowo. Mendiang WN merupakan istri dari GY yang merupakan warga asli Bulusan. Pemakaman jenazah WN melibatkan sukarelawan Kecamatan Karangdowo. Meski tak terpapar virus corona, jenazah yang dikirim oleh rumah sakit (RS) di Bogor langsung dikebumikan di tempat permakaman umum (TPU) di Bulusan, kecamatan setempat. Saat pemakaman, tim sukarelawan tak membuka peti jenazah WN yang sudah dikirim dari RS tersebut. Selang tujuh hari dari pemakaman tersebut, yakni Minggu (18/7/2021) sore, tiba-tiba makam jenazah WN dibongkar. Gara-garanya, tali pocong jenazah WN diketahui belum dilepas. Kisah misteri tali pocong jenazah yang belum dilepas itu kali pertama diketahui beberapa anggota keluarga mendiang WN. Di antaranya GY yang menjadi suami mendiang WN dan saudara WN lainnya. GY dan salah seorang saudara kandungnya merasa sering dipripeni saat tidur. Dalam mimpinya, GY dan salah seorang saudara kandungnya merasa sering didatangi arwah WN. Dari kejadian yang berulang tersebut, GY menyimpulkan bahwa tali pocong mendiang WN belum dilepas. GY segera pulang ke Bulusan guna memberitahukan ke Kepala Desa (Kades) Bulusan, Heri Purwoko. Di hadapan Heri Purwoko, GY minta tolong agar kuburan mendiang WN dibongkar untuk melepas tali pocongnya. Permintaan tersebut sebenarnya sempat dicegah Heri Purwoko, namun GY tetap membulatkan tekadnya agar membongkar kuburan mendiang WN. Berbekal dari permintaan GY tersebut, akhirnya Heri Purwoko berkoordinasi dengan tim sukarelawan Karangdowo. Pembongkaran kuburan berlangsung, Minggu (18/7/2021) sore. “Eksekutornya, ya sukarelawan Karangdowo. Setelah dicek, ternyata tali pocongnya memang belum dilepas. Begitu sudah dilepas, jenazah dikuburkan di makam itu lagi. Pembongkaran dilakukan sukarelawan dengan memalai alat pelindung diri (APD) lengkap,” kata Kades Bulusan, Kecamatan Karangdowo, Heri Purwoko, kepada Solopos.com, Kamis (22/7/2021). Heri Purwoko mengatakan kejadian pembongkaran makam tersebut menjadi kejadian kali kedua dalam lima tahun terakhir. Pembongkaran makam pernah dilakukan warganya karena salah meletakkan posisi jenazah. “Kurang lebih lima tahun lalu juga pernah dilakukan pembongkaran makam. Waktu itu, kepala jenazah di selatan. Setelah dikubur, ada yang ingat [tim kuburnya]. Sehingga dibongkar lagi untuk mernahke posisi jenazah,” katanya. Kapolsek Karangdowo, AKP Aleg Ipanudin, mewakili Kapolres Klaten, AKBP Edy Suranta Sitepu, mengaku turut memantau pembongkaran kuburan guna melepas tali pocong di Desa Bulusan. Pembongkaran tersebut dilakukan atas permintaan dari anggota keluarga mendiang WN. “Anggota keluarga yang meninggal dunia memang sering dipripeni. Infonya mendiang WN sering nangis dan minta dilepas. Sehingga anggota keluarganya minta tolong ke perangkat desa agar melepas tali pocongnya,” katanya.   Penulis: Supriyadi Editor: Supriyadi Sumber: Solopos.com

Baca Juga

Komentar