Jumat, 29 Maret 2024

Pengusaha Telur Asin di Jepara Kena Gebuk PPKM, Kini Beralih Online dan Move On

Faqih Mansur Hidayat
Senin, 19 Juli 2021 13:31:31
Syir’ah bersama anak-anaknya sedang mencuci telur bebek untuk diolah menjadi telur asin. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)
[caption id="attachment_229024" align="alignleft" width="880"] Syir’ah bersama anak-anaknya sedang mencuci telur bebek untuk diolah menjadi telur asin. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)[/caption] MURIANEWS, Jepara - Desa Gerdu, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara terkenal sebagai sentra produksi telur asin. Namun, di masa pandemi, utamanya di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat ini, para pengusaha terpukul kebijakan tersebut. Syir’ah, salah satu pengusaha telur asin, mengatakan penjualannya anjlok. Hampir semua target penjualannya menurun. Sejak tahun 1995, Syir’ah sudah memulai usaha rumahan pembuatan telur asin. Sebelum digebuk pandemi, dalam sehari ia mampu menjual telur asin 1.500 sampai 2.000 butir. “Sekarang (sejak pandemi, red) penjualan tidak bisa setiap hari. Yang bisa diandalkan sekarang tinggal katering dan orang punya hajat. Tapi, sekarang ini kan, orang hajatan dibatasi. Jadi ya, penjualan tidak tentu,” ujar Syir’ah, Senin (19/7/2021). Biasanya, di Bulan Besar atau Zulhijah, adalah bulan yang banyak orang Jepara menggelar hajatan. Imbasnya, permintaan pada telur asin meningkat tajam. Namun, lantaran kali ini pemerintah melarang adanya hajatan semacam pernikahan, dampaknya permintaan telur asin menjadi merosot. “Bulan-bulan ini biasanya banyak pesanan. Karena untuk selamatan orang berangkat haji, selamatan hajatan. Tapi sekarang ini kan orang haji tidak ada, selamatan juga sedikit,” ujar Syir’ah. Karena penjualan telur asin hampir mandek, akhirnya anak Syir’ah, Nur Hayatun berinisiatif untuk menjual telur asin secara online. Beruntung, penjualan dengan cara ini bisa menggenjot penjualannya. “Malah ketemu pembeli-pembeli dari luar daerah. Untungnya di situ,” kata Nur. Agar telur asin buatan orang tuanya juga bisa diterima kaum milenial, Nur pun mengubah nama usaha orangtuanya. Dari telur asin Cahaya, kini diganti telur asin ’Move On’. Dan sesuai nama barunya, usaha ini mampu move on dan bertahan dari gempuran pandemi. Kini telur asin buatan Syir’ah tak hanya dinikmati warga Kota Ukir. Meski penjualan daring tak sebanyak pesanan sebelum pandemi, hasilnya mampu membuat usaha rumahan itu bertahan. Selain itu, telur asin buatan Syir’ah kian dikenal masyarakat dengan nama barunya, ‘Move On’. “Ini biasanya ada yang mencuci telur sendiri, kebetulan orangnya izin jadi saya bantu ibu sambil berjemur,” imbuh Nur.   Reporter: Faqih Mansur Hidayat Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar