Kamis, 28 Maret 2024

Ukir Batu Paras Motif Kudusan Produksi Pemuda Ini Tak Pernah Sepi Pesanan

Vega Ma'arijil Ula
Sabtu, 5 Juni 2021 14:33:57
Perajin seni ukir batu paras, Slamet Sukamto membuat pola di halaman rumahnya. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)
[caption id="attachment_221529" align="alignleft" width="880"] Perajin seni ukir batu paras, Slamet Sukamto membuat pola di halaman rumahnya. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption] MURIANEWS, Kudus – Karya ukir batu paras produksi Slamet Sukamto tidak pernah sepi pesanan. Dalam sebulan ia bisa menghasilkan jutaan rupiah dari produk-produk ukir batu itu. Pengamatan MURIANEWS, dua orang sedang mengukir batu paras. Keduanya merupakan pegawai Slamet Sukamto. Di halaman rumah Sukamto yang terdapat di Gang 05, Desa Undaan Lor RT 05, RW 01, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu, mereka biasa mengukir batu paras motif Kudusan. Motif Kudusan inilah yang diminati oleh pemesan. Menurut Sukamto pesanan ukir batu paras motif Kudusan diminati sejak dua tahun terakhir. "Karena coraknya itu tidak mboseni. Lebih sederhana dan klasik yang ditunjukkan dengan corak buah nanas, bunga-bungaan, dan lengkungan-lengkungan," kata Sukamto, Sabtu (5/6/2021). [caption id="attachment_221530" align="alignleft" width="880"] Perajin mengukir batu paras motif Kudusan. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption] Hal ini menurutnya berbeda dengan motif Bali yang cenderung lebih rumit, karena terlalu banyak lengkungan. "Kalau Bali peminatnya di sini jarang. Karena coraknya rumit dan banyak lengkungan. Biasanya juga ada corak leak, barongan, dan singa," ujarnya. Peminat dapat memesan beragam ukuran. Mulai dari ukuran 30 cm x 40 cm, 1,5 m x 1,3 m, sampai ukuran yang lebih besar lagi. Per meternya Sukamto mematok harga Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Nominal tersebut sudah termasuk biaya memasang khusus area eks-Karesidenan Pati. "Biasanya digunakan sebagai hiasan dinding, hiasan di pagar rumah, atau diletakkan di taman rumah," terangnya. Peningkatan produksi dirasakannya sejak tiga hingga empat tahun lalu. Permintaan kebanyakan untuk digunakan sebagai hiasan rumah dan hiasan masjid. Dia tidak menampik jika seni ukir batu paras lebih murah jika dibandingkan dengan seni ukir kayu. Sukamto melanjutkan, soal perawatan juga tidak terlalu rumit. Sebab, ketika lumutan cukup diamplas saja. Menurutnya, ukiran batu paras yang diproduksinya itu mampu awet hingga tiga tahun. "Bisa lebih tiga tahun tergantung perawatannya. Kalau terkena lumut bisa diamplas. Selain itu bisa diguyur dengan air sambil dibersihin dengan kuas. Kalau mau terlihat baru bisa dicat lagi dengan warna yang sama," imbuhnya.   Reporter: Vega Ma'arijil Ula Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar