Kamis, 28 Maret 2024

Kematian Diego Maradona Masih Menyisakan Masalah, Dokter Pribadi dan Petugas Medis Dijatuhi Dakwaan Melakukan Pembunuhan!

Budi Santoso
Jumat, 21 Mei 2021 07:18:26
Diego Armando Maradona (BBC/Getty Image)
[caption id="attachment_218778" align="alignleft" width="976"] Diego Armando Maradona (BBC/Getty Image)[/caption] MURIANEWS, Jakarta- Kematian legenda sepak bola dunia, Diego Armando Maradona masih terus menyisakan polemik. Dugaan adanya praktik pembunuhan berencana kini menapaki perkembangan baru. Dokter yang merawat Diego Armando Maradona dan sejumlah pihak lainnya, telah didakwa melakukan pembunuhan berencana atas kematian legenda timnas Argentina itu. Pemberitaan dari AFP Kamis (20/5/2021), yang dilansir KOMPAS, menyebutkan, otoritas hukum setempat telah sepakat mendakwa sang dokter, Leopoldo Luque. Selain sang dokter, psikiater Agustina Cosachov, psikolog Carlos Daniel Diaz, dan empat perawat yang terlibat dalam kasus kematian Deigo Maradona juga turut dijatuhi dakwaan. Leopoldo Luque menjadi sosok yang paling disorot karena dia merupakan dokter pribadi Diego Maradona. Dengan dakwaan ini, mereka diancam hukuman penjara selama 25 tahun, apabila terbukti bersalah. Dakwaan tersebut didasarkan atas temuan Dewan Medis terkait kematian Maradona akibat serangan jantung November 2020 lalu. Dalam penyelidikan kasus meninggalnya sang super star sepak bola ini, dilibatkan 11 ahli lintas disiplin ilmu. Selanjutnya mereka menyatakan, Diego Armando Maradona berpotensi menjadi korban dari kelalaian medis, dan sebenarnya bisa dihindari. Kesimpulan penyelidikan yang dilakukan tim itu termuat dalam dokumen penyelidikan setebal 70 halaman yang dirlis Dewan Medis yang dibentik Kejaksaan San Isidro, Buenos Aires, Argentina, pada akhir April 2021. Ada setidakny tiga poin dalam dokumen tersebut yang merujuk adanya kemungkinan terjadi sebuah kelalaian. Dari kelalaian ini kemudian membuat Diego Maradona akhirnya bisa disebut sebagai korban kelalaian medis. "Tindakan tim kesehatan yang merawat Maradona kurang memadai dan sembrono," begitu salah satu kalimat yang termuat dalam dokumen penyelidikan yang sudah disampaikan Kejaksaan Sand Isidro, Buenos Aires. Dewan medis dalam laporannya juga menyampaikan beberapa poin berkaitan dengan kecanduan Diego Maradona terhadap alkohol dan zat terlarang lainnya. Dari laporan yang sama, disimpulkan bahwa Maradona mengalami masa kritis setidaknya selama 12 jam sebelum meninggal dunia. Namun, meskipun muncul masa kritis pada diri Maradona, tanda-tanda yang muncul diabaikan oleh para petugas medis itu, dan memperburuk kondisi Maradona. Laporan yang terlah disusun Dewan Medis ini, kabarnya akan disampaikan ke tiga penyidik, yakni Laura Capra, Cosme Iribarren dan Patricio Ferrari. Setelah tiga pekan berlalu, otoritas hukum setempat pun menjatuhi dakwaan pada sang dokter dan enam orang lainnya yang dinyatakan terlibat pembunuhan berencana. Selanjutnya mereka yang diduga terlibat sudah dilarang meninggalkan Argentina. Pemeriksaan terhadap para pihak akan dilakukan secara lebih intens, pada akhir Mei sampai awak Junu mendatang. Kasus dugaan adanya praktik pembunuhan diawali laporan dari dua putri Maradona, Dalma dan Giannina Maradona. Mereka menyalahkan Luque, setelah kondisi ayah mereka memburuk setelah dilakukan operasi pada otaknya. Operasi itu dilakukan beberapa pekan sebelum Maradona meninggal. Disisi lain, Jaksa yang menangani kasus ini malah yakin, Maradona diperlakukan lebih parah oleh dokter dan perawatnya yang lain. Keyakinannya tak terlepas karena bukti pesan dan audio menunjukkan sang dokter dkk tahu Maradona memakai alkohol, ganja, dan zat terlarang lain dalam beberapa bulan terakhir hidupnya. Penulis: Budi erje Editor: Budi erje Sumber: kompas.com

Baca Juga

Komentar