Jumat, 29 Maret 2024

Dilarung di Perairan Pulau Panjang, Sesaji Kepala Kerbau Jadi Rebutan Nelayan Jepara

Faqih Mansur Hidayat
Kamis, 20 Mei 2021 09:11:12
Para nelayan berebut sesaji saat larungan kepala kerbau di Jepara. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)
[caption id="attachment_218559" align="alignleft" width="880"] Para nelayan berebut sesaji saat larungan kepala kerbau di Jepara. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)[/caption] MURIANEWS, Jepara - Sedekah laut atau larungan kepala kerbau di Kabupaten Jepara tetap dilaksanakan, Kamis (20/5/2021), pagi. Para nelayan saling berebut sesaji yang dilarung untuk mendapat keberkahan. Sekitar pukul 05.00 WIB, TPI Ujungbatu sudah banyak warga setempat yang menunggu prosesi larungan. Namun, petugas keamanan menjaga ketat sehingga kerumunan bisa diurai. Dengan menggunakan miniatur perahu, kepala kerbau dan sejumlah sesaji diarak dengan perahu besar dari dermaga TPI Ujungbatu. Setelah mendekati titik pelarungan, banyak perahu nelayan mendatangi rombongan. Petugas keamanan berusaha menghalau perahu-perahu itu supaya tidak mendekat. Sesampainya di sebelah timur laut Pulau Panjang, doa-doa dipanjatkan. Kemudian, Bupati Jepara dan pejabat yang hadir melarung miniatur perahu yang berisi kepala kerbau itu. Belum sampai menyentuh air, belasan nelayan yang berhasil merangsek ke dekat pelarungan menceburkan diri dan berebut sesaji. Seluruh sesaji yang ada diperebutkan para nelayan. Kecuali kepala kerbau. Mereka tak mempedulikan kedalaman laut. Salah satu nelayan, Supriyadi, mengatakan sesaji yang diperebutkan adalah jajan pasar dan tikar. Menurutnya, para nelayan menganggap sesaji tersebut memiliki keberkahan. “(rebutan sesaji, red) itu sudah menjadi tradisi kami. Kami percaya sesaji itu memiliki berkah. Tapi kalau kepala kerbaunya tidak kami ambil. Tidak boleh (pantangan, red),” jelas Supriyadi. Selain memperebutkan sesaji, para nelayan juga memandikan perahunya masing-masing dengan air laut. Setelah kepala kerbaunya tenggelam. Sementara itu, Bupati Jepara Dian Kristiandi, mengatakan larungan tahun ini tidak seperti dua tahun lalu. Pada 2019, peserta larungan hampir 10 ribu orang. Namun, tahun ini hanya beberapa warga setempat dan tertutup. “Larungan ini wujud rasa syukur nelayan atas rezeki yang didapat selama setahun. Juga sebagai doa untuk keselamatan. Hari ini terlihat kesadaran masyarakat, tidak ramai-ramai. Kesehatan lah yang utama. Tapi tidak meninggalkan tradisi,” tutur Andi.     Reporter: Faqih Mansur Hidayat Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar