Jumat, 29 Maret 2024

Keciput Camilan Lebaran Legendaris di Kudus, Produsen Mulai Kebanjiran Order

Yuda Auliya Rahman
Rabu, 21 April 2021 14:51:21
Proses produksi keciput Barokah 78, Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)
[caption id="attachment_214230" align="alignleft" width="880"] Proses produksi keciput Barokah 78, Desa Demangan, Kecamatan Kota, Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption] MURIANEWS, Kudus - Kue keciput namanya, camilan yang satu ini merupakan kue legendaris yang ada di Kudus. Masyarakat Kudus pun tentunya tak asing dengan camilan yang berbentuk oval kecil-kecil dibalut dengan taburan wijen tersebut. Jenisnya pun berbagai macam, ada yang empuk, renyah, bahkan ada juga yang keras saat dimakan. Hal itu tergantung produsen yang membuat, selera masyarakat pun berbeda-beda. Saat Lebaran, keciput ini menjadi salah satu suguhan yang wajib ada, sebagai pengisi meja. Terkadang, banyak pemudik yang memburunya sebagai oleh-oleh. Alhasil, menjelang Lebaran produsen keciput di Kudus pun mulai kebanjiran orderan. Salah satu produsen keciput di Kudus yakni Istiqomah (47). Ia mengatakan, permintaan keciput mulai meningkat menjelang Lebaran. Tenaga produksinya pun turut ditambah semenjak sepekan sebelum bulan Ramadan. [caption id="attachment_214231" align="alignleft" width="880"] Pekerja menggoreng keciput yang menjadi camilan khas Lebaran di Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)[/caption] "Biasanya masuk Ramadan itu sudah mulai ramai. Tahun ini saya tambah tenaga produksi yang awalnya hari- hari biasa tiga orang, ini enam orang," kata warga Desa Demangan, RT 2 RW 2, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Permintaan kue keciput, lanjut dia, bukan hanya dari warga lokal Kudus saja. Melainkan, dari sejumlah kota lain seperti Semarang, Pekalongan, hingga Tangerang. Harganya pun cukup terjangkau, satu kilogram keciput bermerk Barokah 78 yang diproduksinya hanya dipatok dengan harga Rp 70 ribu. "Satu bulan ketika menjelang Lebaran ini permintaan mulai merangkak naik, produksi bisa sekitar 50 kilogram setiap harinya, satu pekan bisa produksi 3x, satu bulan menuju lebaran itu bisa empat kuintalan lah. Kalau hari biasa itu 30 kilogram," jelasnya. Meski demikian, peningkatan tersebut menurutnya masih jauh saat menjelang Lebaran sebelum pandemi. Di mana permintaan jelang Lebaran bisa mencapai 15 kuintal dalam kurun waktu satu bulan. "Kalau dibanding sebelum pandemi dulu ya tetap masih banyak yang dulu," pungkasnya. Reporter: Yuda Auliya Rahman Editor: Ali Muntoha https://www.youtube.com/watch?v=R-fz35u5Qdo&t=4s

Baca Juga

Komentar