Bupati Kampar Kelahiran Grobogan Belajar Pengelolaan Sistem Resi Gudang di Kampung Halaman
Dani Agus
Jumat, 9 April 2021 19:41:29
[caption id="attachment_211949" align="alignleft" width="880"] Bupati Kampar Catur Sugeng Prasetyo (baju hitam) menyerahkan cendera mata pada Plh Bupati Grobogan Moh Sumarsono. (MURIANEWS/Dani Agus)[/caption]
MURIANEWS, Grobogan - Pemkab Grobogan meraih penghargaan Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020. Inovasi yang dilakukan adalah terkait pengelolaan pascapanen komoditas pertanian melalui sistem resi gudang (SRG) milik Dinas Perindustrian dan Perdagangan Grobogan.
Keberhasilan Pemkab Grobogan itu ternyata mengundang sejumlah daerah untuk melakukan studi banding guna mempelajari cara pengelolaan SRG. Salah satunya dari Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Rombongan dari luar Jawa yang datang ke Grobogan ini dipimpin langsung oleh Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto. Menariknya, bupati Kampar ini ternyata orang kelahiran Grobogan. Tepatnya dari Desa Ketro, Kecamatan Karangrayung.
Kedatangan rombongan dari Kabupaten Kampar ini diterima langsung Plh Bupati Grobogan Moh Sumarsono di ruang rapat wakil bupati. Ikut mendampingi, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pradana Setyawan, Kepala Bappeda Anang Armunanto, Kabag Perekonomian Agus BK dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
Menurut Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto, salah satu tujuannya datang ke Grobogan adalah menimba ilmu terkait pengelolaan SRG.
Di samping itu, juga ingin mempelajari keberhasilan Pemkab Grobogan dalam peningkatan produksi tanaman pangan secara nasional. Khususnya, untuk komoditas tanaman padi, jagung serta kedelai.
“Kabupaten Kampar saat ini memiliki unggulan sebagai sentra perikanan ikan patin. Sebelumnya, Kabupaten Kampar sempat menjadi sentra pertanian, namun sebagian areal sawah sudah berkurang karena adanya alih fungsi lahan untuk kepentingan industri dan sektor lainnya. Saat ini, luas areal pertanian yang dimiliki sekitar 5.000 hektare,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Grobogan Pradana Setyawan mengatakan, permasalahan saat panen raya adalah turunnya harga, banyaknya tengkulak dan spekulan yang memainkan harga pasar. Kemudian, berkurangnya stok pangan daerah karena habis dibeli tengkulak luar kota.
Terkait kondisi itulah, pihaknya menghadirkan SRG untuk mengurai permasalahan tersebut. Meski demikian, dalam perkembangan dari tahun 2010-2017, SRG berjalan stagnan dan hanya sedikit petani yang memanfaatkannya.
Selanjutnya, dilakukan implementasi SRG yang disesuaikan dengan kondisi riil di Kabupaten Grobogan dengan langkah inovasi yang diterapkan. Yaitu, menerapkan tiga pilar dalam operasional (social, business, education), merangkul investor untuk perkuatan modal serta melakukan branding dan promosi.
Dijelaskan, fasilitasi pengangkutan, kemudahan uji mutu, pengembangan pola kemitraan bayar saat panen atau ‘yarnen’ merupakan aksi dalam inovasi sosial. Sedangkan produk beras SRIKANDI dan kemitraan dengan PT Mitra Bumdes Nusantara adalah aksi dibidang business.
Sementara pemberdayaan petani, poktan, gapoktan maupun koperasi adalah aksi dari pilar edukasi.
“Dengan inovasi ini, SRG Grobogan dijadikan tempat pembelajaran dan banchmarking pengelolaan SRG se-Indonesia,” jelasnya.
Reporter: Dani Agus
Editor: Ali Muntoha