Jumat, 29 Maret 2024

Berebut Wilayah, Nelayan Jepara Tarik Minggir Kapal Nelayan Juwana

Budi Santoso
Rabu, 24 Maret 2021 17:11:59
Petugas Satpolair Jepara melakukan mediasi antara nelayan Jepara dengan Juwana yang sempat bersitegang karena perebutan wilayah. (MURIAMEWS/Budi Erje)
[caption id="attachment_209684" align="alignleft" width="880"] Petugas Satpolair Jepara melakukan mediasi antara nelayan Jepara dengan Juwana yang sempat bersitegang karena perebutan wilayah. (MURIAMEWS/Budi Erje)[/caption] MURIANEWS, Jepara – Ketegangan terjadi antara kelompok nelayan Jepara dan Juwana Pati terjadi, Selasa (23/3/2021) malam. Hal itu terjadi lantaran kedua kelompok beda wilayah ini saling berebut wilayah pencarian ikan. Buntutnya, sebuah kapal milik nelayan asal Juwana Pati akhirnya ditarik minggir oleh Nelayan Bondo, Jepara. Masalah ini kemudian dimediasi oleh Satpol Airud, Polres Jepara, Rabu (24/3/2021). Kasatpolair Jepara, AKP Lukman menyatakan, pihaknya mengambil inisiatif untuk memediasi dua kelompok nelayan ini untuk mendapatkan penyelesaian yang baik. Ia menjelaskan masalah ini berawal dari banyaknya kapal nelayan Juwana yang beroperasi di perairan Jepara. Saat musim cumi, banyak yang menggunakan kapal-kapal besar dengan menggunakan lampu berkekuatan 8.000 Watt. Bagi nelayan lokal Jepara, hal ini sangat merugikan, karena pada akhirnya mereka tidak bisa mendapatkan hasil tangkapan bagus. Disebutkannya, sesuai dengan aturan pemerintah, penggunaan alat tangkap dengan bobot 30 GT (Gross Ton), diperkenankan dilakukan dalam jarak 4 Mil sampai 12 Mil. Semuanya ditentukan oleh bobot kapal dan alat tangkap yang digunakan. Meski secara regulasi diperbolehkan, namun penggunaan peralatan berupa lampu berkuatan 8.000 watt, menimbulkan masalah bagi nelayan Bondo, Jepara. Sehingga nelayan Bondo, sempat menarik ke darat kapal nelayan asal Juwana. “Dalam hal ini kami berusaha melakukan mediasi, agar ada pembicaraan yang mengarah pada jalan keluar yang baik. Namun tampaknya, masalah ini harus dilakukan pembicaraan lebih melibatkan semua pihak terkait dan pemangku kepentingan yang ada,” ujar AKP Lukman, Rabu (24/3/2021). Dalam pertemuan mediasi di Kantor Satpol Air Jepara tersebut, dua belah pihak menyampaikan berbagai pendapatnya. Marwaji tokoh nelayan Bondo, menyatakan pihaknya tidak menangkap kapal nelayan Juwana. Dalam kasus ini, konteksnya adalah mengajak berdiskusi. Sebab, banyak nelayan cumi asal Jepara dengan alat tangkap besar terlalu minggir saat beroperasi mencari cumi. Jumlahnya ada sekitar 50-an kapal, hingga akhirnya membuat nelayan kecil lokal tidak mendapatkan hasil. Selain itu, dengan peralatan yang digunakan membuat semua ukuran ikan atu cumi tertangkap. Hal ini dinilai tidak sesuai dengan upaya konservasi laut. Hal yang sama juga disampaikan oleh Oleh Yanto, ketua Kelompok Nelayan Jonson Bondo, Jepara. Pada area itu, para nelayan tradisional biasa mencari ikan atau cumi-cumi menggunakan sistem sederhana. Namun ketika ada kapal-kapal besar dengan peralatan seperti itu, akhirnya membuat kelompoknya tidak bisa mendapatkan hasil. Gesekan seperti ini sudah sering terjadi, namun baru kali ini pihaknya berhasil menyeret satu kapal ke daratan. ”Mereka menggunakan jaring yang tak ramah lingkungan. Jadi semua jenis dan ukuran ikan atau cumi-cumi terjaring. Kami akhirnya tidak kebagian hasil laut,” ujar Yanto dalam kesempatan itu. Sementara itu, perwakilan Nelayan Juwana (Pati), Beni, menyatakan pihaknya bisa memahami situasi yang terjadi. Pihaknya menyarankan agar para pemangku kebijakan bisa segera memfasilitasi pertemuan para perwakilan nelayan. Sebab dalam hal ini, tidak hanya kapal asal Juwana saja yang beroperasi di perairan Jepara. Masalah ini memang harus diselesaikan dengan baik melalui, pembicaraan bersama. “Saya datang karena kapal saya ditarik ke pinggir. Saya bisa memahami, karena itu lebih baik dilakukan pembicaraan lebih intens dengan semua perwakilan nelayan yang ada. Jadi harus difasilitasi pertemuan dengan semua perwakilan. Kalau saya yang menyampaikan ke nelayan-nelayan Juwana, bisa-bisa saja. Tapi tentunya belum tentu dipercaya,” ujar Beni.   Reporter: Budi Erje Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar