Portal berita lokal yang menyajikan informasi dari Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan secara cepat, tepat, dan akurat.

Sekolah dan Orang Tua Murid Diimbau Tak Panik Hadapi Program Asesmen Nasional

Dua belas siswa SMPN 4 Kudus saat mengikuti PTS daring di laboratorium sekolah, (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)

MURIANEWS, Kudus – Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kudus mengimbau sekolahan atau orang tua siswa tak panik menghadapi program Asesmen Nasional (AN) yang akan diberlakukan untuk siswa. Program ini disebut digunakan untuk melihat mutu dan proses evaluasi pendidikan.

Diketahui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program Asesmen Nasional yang akan dilaksanakan pada September hingga Oktober 2021.

Kabid Pendidikan Dasar Disdikpora Kudus Dian Vitayani Winahyu mengatakan, baik sekolah ataupun orang tua siswa tidak perlu panik dengan menambah jam belajar siswa ataupun menambah bimbel untuk putra-putrinya.

Sebab asesmen dirancang untuk memantau dan mengevaluasi sistem jenjang pendidikan dasar dan menengah.

“Pemerintah itu  mengambil opsi ini untuk menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik. Yang seharusnya Maret 2021 diundur Septembber-Oktober 2021,” katanya, Senin (1/2/2021).

Lebih lanjut ia menjelaskan, pelaksanaannnya sendiri nantinya bukan seluruh siswa berkesempatan mengikuti AN. Bagi yang berkesempatan ikutpun bukan berarti lebih baik atau lebih buruk dengan yang tidak mengikutinya.

Selain itu menurutnya, asesmen juga bukan sebagai pengganti Ujian Nasional (UN).

“UN sudah dihapus, ini berbeda dengan UN itu berlaku untuk semua siswa, kalau ini tidak. Semuanya nanti dipilih acak oleh sistem. Kalau SD nanti bagi yang kelas 5, sekolah, guru, dan kepala sekolah,” ucapnya.

Saat melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, lanjut Dian, juga tidak mengacu dari hasil penilaian AN tersebut. Namun, masih mengacu pada tahun kemarin pakai rapor hingga prestasi.

Ia merincikan, asesmen terdiri dari tiga bagian. Yang pertama, asesmen kompetensi minimum (AKM) yang dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari literasi dan numerasi. Aspek tersebut merupakan kompetensi yang mendasar yang diperlukan untuk belajar sepanjang hayat.

Yang Kedua ada survei karakter yang dirancang untuk mengukur tentang sikap, nilai, dan kebiasaan yang mencerminkan profil pelajar terhadap Pancasila. Ketiga ada survei lingkungan belajar untuk mengevaluasi kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.

“Seperti proses pembelajaran iklim iklusifitas sekolah, refleksi guru, hingga perbaikan praktek pembelajaran.  Jadi kalau pestasi siswa itu masih mengacu pada evaluasi dari pendidik dan satuan pendidikan,” tandasnya.

 

Reporter: Yuda Auliya Rahman
Editor: Ali Muntoha

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.