Portal berita lokal yang menyajikan informasi dari Kudus, Jepara, Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan secara cepat, tepat, dan akurat.

Melihat Pembuatan Batik Ecoprint di Kudus yang Mempesona dan Ramah Lingkungan

Proses pounding batik ecoprint Genta Mas Batik. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)

MURIANEWS, Kudus – Batik ecoprint, bagi yang belum mengenal kerajinan ini, tentu akan merasa asing. Terlebih, kerajinan ramah lingkungan yang satu ini masih jarang terdengar di seputaran Kota Kretek, yang industri batiknya kini tengah bangkit dengan beragam motif khasnya.

Ecoprint sendiri merupakan kerajinan yang berbasis alam. Dalam hal ini, batik ecoprint adalah batik yang hanya menggunakan pewarna dari alam dan tanpa campuran bahan pewarna tekstil pabrikan.

Pembuatan corak pada kain juga sangat berbeda dengan membuat batik. Jika batik biasa menggunakan canting sebagai alat penggambar motifnya, ecoprint punya dua cara untuk membuat motifnya, yakni steam dan pounding.

Salah satu perajin batik ecoprint di Kudus, Dasa Gentawai menyebutkan, pembuatan batik ecoprint sebenarnya terbilang mudah. Pertama-tama, kata dia, harus menyiapkan dedaunan untuk dicetak warnanya di kain.

Yang paling umum, lanjut dia, adalah daun betadine, daun jati, jambu, hingga daun lanang. Masing-masing daun, akan memiliki warna yang berbeda-beda.

Salah satu kain batik ecoprint yang telah melalui proses steaming saat akan dijemur. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)

Untuk daun pohon jati, akan berwarna ungu. Sementara daun jambu biasanya berwarna kehitaman.

“Namun biasanya beda pohon beda warnanya, ada yang tebal ada yang tipis, biasanya faktor lingkungan pohon juga menentukan, kandungan tanin juga berpengaruh,” ucap dia, Minggu (24/1/2021).

Setelah menentukan daun apa saja yang akan dicetak pada kain, daun kemudian ditata sesuai selera. Jika dirasa sudah bagus, maka bisa menggunakan dua metode pembuatan.

Dasa mengatakan, untuk kain-kain pendek, biasanya akan menggunakan metode pounding.

Yakni dengan meletakkan dedaunan di atas kain, kemudian mengalasinya dengan plastik, untuk kemudian diketuk-ketuk menggunakan palu hingga warna dan corak daun membekas di kain.

Sementara untuk kain dengan ukuran besar, akan dibuat dengan metode steam.

“Pertama memang ditata daunnya, karena itulah ada yang menyebut seni menata daun. Jika sudah kemudian digulung dan diikat kencang. baru dikukus selama dua jam lebih,” rincinya.

Kain yang telah jadi, kemudian akan diangin-anginkan selama kurang lebih sepekan. Hingga akhirnya, kain siap dipergunakan untuk aneka busana.

“Hasil yang diberikan dari proses ecoprint akan berbeda antara satu kain dengan kain lainnya. Begitu juga dengan corak-coraknya walau menggunakan daun yang sama, inilah yang membuatnya istimewa,” ujarnya.

Pihaknya pun kini turut memasarkan batik ecoprintnya dan mulai bersaing dengan batik konvensionalnya di Genta Mas Batik Kudus. Selembar kainnya, biasa dijual dengan harga dari mulai Rp 75 ribu hingga Rp 1 jutaan tergantung kain dan bahan-bahan yang digunakan.

“Kami dengan senang hati akan membagi ilmu kami bagi yang berminat. Terlebih ibu rumah tangga yang ingin mengisi waktu luangnya, bisa menghubungi 085290394909,” tandasnya.

 

Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Ali Muntoha

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.