Jumat, 29 Maret 2024

Santri Smart Itu Bukan Makendut yang Terlena

Murianews
Sabtu, 12 Desember 2020 19:00:54
Salah satu santri ponpes di Kudus tengah mengaji kitab. (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)
[caption id="attachment_202459" align="alignleft" width="150"] Zaki Mubarok *)[/caption] SAAT ini saya mengajak teman-teman untuk mengkaji tentang santri smart (cerdas). Karena hanya santri smart-lah yang tidak akan bertele-tele atau berpanjang lebar dalam menjelaskannya. Sebab saya kasihan sama mbak-mbaknya jika kepanjangan, saya juga kasihan sama kang-kang santri kalau kelebaran. Singkat saja, mungkin sesingkat hidup di dunia ini. Kang-kang santri dan mbak-mbak santri yang saya sayangi, jangan GR!. Santri smart itu santri yang cerdas dan berdedikasi tinggi sehingga dapat dipastikan keberhasilannya (insya Allah). Lalu santri smart itu yang bagaimana? Mari dikaji bersama. Mas, Mbakyu, smart itu terdiri dari huruf S-M-A-R dan T, mari kita preteli (analisis) satu persatu biar jelas dan supaya sampean mboten (kamu tidak) bingung. Gih toh (iya kan)? Pertama yaitu huruf  “S” dari kata smart tersebut mempunyai artian spesialis. Inggih punika (yaitu) santri yang akan berhasil adalah santri yang mempunyai keahlian khusus dan benar benar menguasai, kenapa?. Sebab di zaman yang modern ini kalau kita enggak punya keahlian khusus dan jelas, maka kita akan terkucilkan karena dianggap tidak mampu. Terus sebagai santri, bidang apa yang harus kita perhatikan secara utuh agar kita mendapat titik individu spesialis?. Jawabannya jelas kang, mbakyu “Ilmu Agama” (Kitab Kuning) inilah spesialis kita yang sah dan legal dan sah sebagai santri tulen, sukur sukur jika bisa kecakapan hidup yang lain (Life Skill) akan lebih mantap. Coba bayangkan dan renungkan! Kita bertahun tahun hidup di pesantren, dekat dengan para alim yang tiap hari, tiap jam bahkan hampir tiap detik kita dicekoki (dihadapkan) kitab kuning, tapi hasilnya apa?. Jangankan suruh menerangkan baca saja kita masih waidz waidz (plegak-pleguk) iya kan? Ngaku saja tidak  usah malu… Inikan aneh bin ajaib. Emang apanya yang salah? Metodenya? atau pondoknya? atau Anda sendiri?. Sudah, jangan cari kambing kurban melulu, eh maaf! Kambing hitam, mari kita renungkan barsama. Padahal inilah spesialis kita yang akan ditanyakan masyarakat di masa mendatang, inggih mboten (iya atau tidak)? Kedua yaitu huruf  “M” dari kata smart tersebut mempunyai arti Marketable. Inggih menika (yaitu) santri yang sukses adalah santri yang bisa mencari media yang bisa membuatnya diterima pasar (masyarakat). Bagaimana caranya?. Sekadar contoh, dengan pikiran yang kreatif singkong dengan kemasan menarik harganya akan mahal, begitu juga dengan kita. Dengan pikiran kreatif sebenarnya kita akan berharga mahal, kita saja sudah punya bahannya (kitab kuning) tinggal bagaimana kita pintar-pintar cari pasar yang strategis dan metode yang tepat. Yang tentunya untuk menjualnya (dakwah) jangan disalahartikan lho!. Missal dari kalangan santri yang berhasil dengan metode ini, Yusuf Mansyur dengan gaya sedekahnya, Arifin Ilham dengan zikirnya dan Jefri Al Bukhori dengan suaranya dan lain-lain, iya kan?. Ketiga yaitu huruf “A” dari kata smart tersebut mempunyai arti Acceptable. Yaitu santri yang akan berhasil adalah santri yang bersifat terbuka dan fleksible dalam segala hal, agar mudah diterima masyarakat sebagaimana disentil dalam kitab alfiyah ibnu malik لِلرَّفْعِ وَالنَّصْبِ وَجَرَّنَا صَلَحَ. Santri yang intelektual yaitu mereka yang mampu beradaptasi dengan keadaan sekitar, dengan reputasi fleksible, bersama golongan elit okey (رفع) bersama golongan menengah okey (نصب) bersama golongan bawah pun okey (جر). Karena itulah santri mendapat pangkat yang mulia, sehingga mereka patut dikenal siapapun yang tertuang dalam syair # كَاعْرِفْ بِنَا فَاِنَّنَا نِلْنَا اْلمِنَحِ. Kemudian caranya bagaimana? Tekok neh (bertanya lagi) hehe…. Maaf!. Kita harus mempunyai wawasan yang luas dengan penguasaan agama (kitab kuning) yang tuntas dan komperhensif, tidak nanggung-nanggung mas!. Contone akeh kok (contohnya banyak) coba lihat sejarah Walisongo……. (baca sendiri!) Keempat yaitu huruf “R” dari kata smart tersebut mempunyai maksud Rasionable. Yaitu santri yang sanggup menjelaskan ajaran agama secara rasio. Kenapa? Jangan debat dulu!. Ya karena medan dakwah kita sudah rasionalis, masyarakat mulai pintar, sehingga mereka akan mendebat kalo tidak searah dengan rasional mereka, padahal banyak tho hal-hal yang tidak rasio?. Itulah masyarakat sekarang. Coba kita ngaji sebentar dengan Gus Baha’ (KH. Ahmad Bahauddin Nursalim) dengan teori-teori yang beliau suguhkan bahwasanya sungguh beliau menjelaskan agama ini menjadi rasional sehingga bisa diterapkan dan dipahami semua kalangan (baca sendiri). Kelima yaitu huruf “T” dari kata smart itu punya artian Theoretical dan Technological! Opo maneh iku (apalagi itu)?. Theoretical itu mampu memahami teori/ilmu pengetahuan sebagai landasan dalam melakukan berbagai aktivitas. Sebagai santri teori yang harus kita pahami nggeh napa maleh neg mboten kitab kuning, nggeh tho? (apalagi kalau tidak kitab kuning, iya kan?). Technological, teknologi itu langkah-langkah nyata dalam melakukan/menghasilkan sesuatu sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan, ada lagi mas, yang namanya individu yang technological yaitu orang yang melakukan pekerjaan dengan langkah-langkah nyata yang dirumuskan secara ilmiah/dengan memanfaatkan teknologi. Singkat kata “santri iku mesti tindakke kelawan ilmune”(perbuatan santri pasti perilakunya berdasarkan dengan ilmu), tegas KH. Abah Badawi Basyir (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus). Jangan sampai kita hidup di zaman seperti tidak ngerti teknologi (gaptek), apalagi anti. Sebab ciri-ciri orang yang sukses itu orang yang tahu situasi, kondisi, toleransi, pantauan dan jangkauan zaman (si-kon-tol-pan-jang)…maaf! Nah inilah sekilas langkah-langkah kecil yang harus kita kuasai dan lakukan agar kita benar-benar menjadi pribadi sukses meniti zaman dengan menjadi smart, bukannya santri makendut (sebutan untuk santri yang suka ngeyel dan meminta hal yang ringan-ringan saja) yang terlena dengan keadaan dan situasi. Eling kang, mbak yu!!... orang dikehendaki gusti Allah baik adalah mereka yang dalam menjalani hari-harinya dengan penuh kesemangatan. Oleh karena itu berbahagialah kalian yang dalam menjalani kesantrian dengan penuh semangat dan optimisme. Mari kita doakan sahabat-sahabat kita yang masih tersesat dalam kemalasan agar lekas sembuh dari sakitnya dan dapat semangat lagi. Kata sebuah syair menjelaskan: إذَا أَرَادَ اللَّهُ عَبْدًا خَيْرَهُ # فَنَهَضَ اللَّهُ تَعَالَى غِيْرَتَهُ إذَا أَرَادَ اللَّهُ عَبْدًا هَلَكَهُ # فَذَهَبَ اللَّهُ تَعَالَى غِيْرَتَهُ “Tatkala Gusti Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-hambanya, pasti akan dibangkitkan semangatnya. Namun jika Gusti Allah menghendaki kerusakan bagi hamba-hambanya maka akan dihilangkan semangatnya. Semangat!.. Semangat!.. Semangat! (*)   *) Penulis Adalah Santri PP. Darul Falah Jekulo Kudus & Mahasiswa Pascasarjana IAIN Kudus

Baca Juga

Komentar