Jumat, 29 Maret 2024

Loji Gunung Jepara, Diyakini Jadi Tempat Pemakaman Kapten Tack Perwira VOC Belanda

Budi Santoso
Jumat, 11 Desember 2020 15:30:44
Kompleks Pemakaman Loji Gunung di Jepara. (MURIANEWS/Budi Erje)
MURIANEWS, Jepara - Kompleks Pemakaman Loji Gunung di Jepara memiliki kisah panjang yang sangat menarik. Kawasan ini secara resmi sudah dijadikan sebagai kawasan Cagar Budaya oleh Pemkab Jepara. Di kawasan ini bahkan sudah dibangun sebuah monumen yang menyerupai benteng, dan diberi nama “VORT JEPARA dan bertuliskan abad XVI. Menurut Data Base Cagar Budaya Jepara yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapedda), kawasan Loji Gunung, merupakan kompleks pemakaman yang didirikan oleh VOC Belanda. Awalnya merupakan pemakaman khusus orang Belanda. Kini di sisi Utara, digunakan sebagai pemakaman umum warga sekitarnya. Dikenal dengan sebutan ‘Loji Gunung’, karena konon di lokasi tersebut ada bangunan menara tinggi. Sehingga masyarakat menyebutnya sebagai ‘Loji’. Ada beberapa bangunan yang diduga berusia ratusan tahun berada di kawasan Loji Gunung ini. Selain bekas dinding benteng peninggalan VOC yang masih ada hingga kini, juga ada bangunan tua berupa makam. Letaknya tepat berada di depan monument Vort Jepara-XVI. Bangunan kecil inu sudah dilingkari dengan pagar sejak dilakukan revitalisasi kawasan ini. Makam ini diyakini oleh masyarakat Jepara sebagai makam Kapten Tack. Dalam sejarah nasional, nama Kapten Tack cukup dikenal, setelah tewas dalam upayanya mengejar Untung Suropati, dalam pertempuran di Kartosura. Menurut Sejarahwan Jepara, M Tabroni, makam tersebut memang sempat menjadi persinggahan jasad Kapten Tack. Kapten Tack sendiri memiliki nama lengkap Francois Tack, dan lahir di Den Haag, Belanda pada 18 Mei 1649. Perwira muda pasukan Belanda ini tewas pada 8 Febuari 1686, di Kartosuro dalam upayanya memburu Untung Soropati. Kisah ini bahkan secara jelas disebutkan dalam Buku Babad Tanah Jawi yang legendaries. “Pada masa itu, sekitar 300 tahun lalu, Jepara merupakan salah satu badar laut yang dikuasai Belanda. Kapten Tack saat itu berangkat dari Batavia menggunakan kapal, dan singgah di Jepara. Selanjutnya baru berangkat ke Kartosuro dari Jepara,”ujar M Tabroni, Jumat (11/12/2020). Setelah tewas, jasad Kapten Tack kemudian dibawa ke Jepara, dan kemungkinan akan dibawa ke Batavia. Namun karena perjalanan ke Batavia membutuhkan waktu lama, akhirnya jasadnya dimakamkan di Benteng VOC di Jepara. Lokasinya hingga saat ini masuk di dalam kawasan Cagar Budaya, Loji Gunung. Hingga saat ini, untuk bentuk makamnya masih asli, sedangkan bagian pagarnya merupakan bangunan baru. Perihal makam Kapten Tack di Jakarta, Tabroni menyatakan hal itu juga benar. Karena beberapa tahun kemudian sejak kematiannya, ada pemindahan makam Kapten Tack ke Batavia. Namun kepercayaan masyarakat di Jepara, masih meyakini bahwa makam tersebut adalah makam Kapten Tack. Sementara itu, beberapa literature juga mendukung pendapat tersebut. National Geography Indonesia, menyebut Kapten Tack pernah dimakamkan di Benteng Jepara. Namun pada masa Gubernur Jenderal Joan Van Hoorn (1704-1709), jasad Kapten Tack dipindahkan ke Batavia. Makam Kapten Tack berada di sebuah Gereja Salib Batavia, berdampingan dengan keluarga mertuanya. Pemindahan ini ini dimungkinkan karena secara kebetulan, Gubernur Jenderal Joan Van Hoord adalah saudara ipar Kapten Tack. Lalu pada sekitar abad 18, gereja ini kemudian dirubah menjadi area pemakaman Hollandsche Kerk, yang sebagian lahanya saat ini berdiri Museum Wayang, di Jakarta. Di sinilah, sebuah prasasti batu nisan dengan Bahasa Belanda menyebutkan bahwa Kapten Tack dimakamkan. Batu Nisan tersebut menuliskan : “Tuan Francois Tack dari Den Haag Lahir 28 Mei 1649 Wafat di Kartasura 8 Febuari 1686”.   Reporter: Budi Erje Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar