Kamis, 28 Maret 2024

Menakar Partisipasi Politik Komunitas Samin

Murianews
Rabu, 9 Desember 2020 13:23:30
Sejumlah penganut ajaran Samin berkumpul di rumah Mbah Sundoyo. (MuriaNewsCom)
[caption id="attachment_190307" align="alignleft" width="150"] Moh Rosyid *)[/caption] PEMILIHAN calon presiden dan wakilnya (pilpres), calon gubernur dan wakilnya (pilgub), calon bupati dan wakilnya (pilbub), dan calon kepala desa (pilkades) dilakukan dengan sistem one man one vote (satu pemilih satu suara). Maknanya, satu suara pemilih sebagai poin yang ikut andil memenangkan pemilihan. Dengan demikian, setiap pemilih dijadikan pundi suara bagi calon tanpa melihat status sosial. Komunitas Samin di Jawa Tengah ada di sebagian kecil wilayah Kabupaten Pati, Kudus, dan Blora pun dijadikan sasaran pemilih, mengapa? menambah suara pemenangan. Hanya saja, warga Samin harus sadar bahwa di dunia politik tidak nihil kepentingan yang berbuntut politis. Maksudnya, pihak yang dipilih warga Samin bila menang tidak ada jaminan kepastian memenuhi janji tatkala kampanye untuk eksistensi warga Samin. Tetapi, bila yang dipilih kalah, warga Samin menjadi pihak yang dipandang tidak mendukung/memilih pemenang. Posisi sulit ini rentan dalam konteks politik karena mendukung/memilih tidak identik berbuah positif, apalagi tidak memilih. Menyikapi peta ini apa yang seharusnya dilakukan warga Samin dalam pemilihan pemimpin di atas?. (1) Aktif menjadi pemilih sebagai hak politiknya. Pasif berpartisipasi politik tidak sejalan dengan prinsip ajaran Samin yang paugerannya (aturan) agar menaati aturan pemerintah dari aras kepala desa hingga presiden, (2) tidak terlibat menjadi tim sukses salah satu kontestan (calon) karena rentan konflik politik dengan rival (pihak yang tidak diikutinya sebagai tim sukses). Bagaimana respon yang dilakukan warga Samin bila diminta menjadi pemilih atau tim sukses dalan pemilu?. Menjawab dengan bahasa lugas dan santun. Permohonan maaf karena  tidak bisa menjadi tim sukses dan mendoakan agar sukses. Kemudian menegaskan bahwa dirinya memilih, tapi tidak untuk dipublikasikan pada siapa pun. Warga Samin tentu dapat "membaca" pemilihan politik yang telah berlalu bahwa menjadi pemilih aktif tanpa melibatkan diri sebagai tim sukses menjadi jalan bijaksana menuju keberlanjutan kehidupan komunitas Samin yang jumlahnya kian menyusut karena dinamika sosial. Tetapi bila warga Samin memaksakan kehendak menjadi tim sukses, citra politiknya tidak kian masyhur tapi buram.   Pesan Bagi Calon Pemimpin Politik Warga Samin dalam kancah politik perlu dipahami karakternya oleh calon pemimpin politik bahwa tidak ada jaminan warga Samin menaati komando sesepuh (botoh) Samin untuk memilih calon tertentu. Karena magnet politik tiap warga Samin dalam pemilu sudah tidak berbeda dengan warga non-Samin. Lazimnya kini, warga Samin pun ada yang "bertransaksi" politik dengan calon/tim sukses yang berakibat terjadi deal politik karena warga Samin ada yang menjadi pekerja urban yang terbuka dengan kehidupan millenial. Padahal, jumlah suaranya tidak terlalu signifikan dalam konteks pemilihan yang bersifat lokal (pilkades), daerah (pilbup, pilgub, DPRD Kab/kota) apalagi skup pemilihan nasional (pilpres) dibanding suara warga non-Samin. Nuwun.   *) Penulis adalah dosen IAIN Kudus

Baca Juga

Komentar