Jumat, 29 Maret 2024

Kisah Mbah Djenggolo, Sesepuh Desa Janggalan Kudus yang Sakti Mandraguna

Yuda Auliya Rahman
Rabu, 2 Desember 2020 11:49:42
Makam Mbah Djenggolo di Desa Janggalan Kudus. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)
MURIANEWS, Kudus - Desa Janggalan di Kecamatan Kota, Kabupaten kudus merupakan sebuah desa yang letaknya tak jauh dari Menara Kudus. Di desa ini, terdapat makam sesepuh desa yang bernama Mbah Djenggolo. Konon, Mbah Djenggolo merupakan murid Sunan Kudus yang waktu itu diutus untuk merawat kuda milik sang sunan di wilayah desa tersebut. Kepala Desa Janggalan Noor Azis menceritakan, Mbah Djenggolo merupakan salah satu murid kinasih (murid kesayangan) Sunan Kudus yang dulunya mendapat tugas sebagai pengantar surat dan merawat kuda-kuda milik Sunan Kudus. "Sepengetahuan saya, Mbah Djenggolo itu punya nama asli Mbah Sirodjuddin. Dulu beliau pernah diutus oleh Sunan Kudus ke daerah Banyuwangi dan Madura," katanya. Dalam perjalanannya, lanjut Aziz, Mbah Djenggolo menunggangi kuda putih. Namun di tengah perjalanan, Mbah Djenggolo dihadang para begal di tengah hutan. "Para begal yang membawa senjata kapak itu tidak memperbolehkan Mbah Djenggolo melanjutkan perjalananya. Namun saat itu Mbah Djenggolo yang tak membawa senjata apapun dengan berani melawan mereka," ujarnya. Kehebatan ilmu bela diri yang dimiliki, membuat Mbah Djenggolo bisa dengan mudah melawan begal-begal tersebut. Sehingga bisa melanjutkan perjalanannya menjalankan tugas Sunan Kudus ke Banyuwangi dan Madura. "Saat itu Mbah Sunan Kudus mengadakan musyawarah di Pendapa Tajug, khawatir dan mengharapkan kedatangan Mbah Djenggolo. Seketika itu, Mbah Djenggolo Muncul dengan tiba-tiba (Jonggol),"ungkapnya. Kedatangannya, yang secara tiba-tiba tersebut lantas membuat Mbah Sirodjuddin mendapat julukan Djenggolo hingga sekarang. Kisah Mbah Djenggolo yang berhasil melawan para begal dengan tangan kosong, juga dianggap sebagai hal janggal saat dirinya berdakwah di daerah barat daya tajug Masjid Menara. “Karena itu, hingga kini desa yang berada di barat daya tajug ini diberi nama Desa Janggalan," imbuhnya. Sementara haul Mbah Djenggolo sendiri biasa diperingati dan mengganti kain luwur pada malam Jumat terakhir di bulan Muharram. Beberapa acara pun digelar, mulai membaca nariyah, tabuh terbang papat, khatmil Quran, pembacaan tahlil dan doa hingga pengajian umum. "Kami belum tahu referensi pasti tentang kapan sejatinya Mbah Djenggolo meninggal. Karena itu kami sepakat memperingati dan mengganti kain luwur pada malam Jumat terakhir di bulan Muharram. Itu semua untuk nguri uti budaya (melestarikan budaya) dan menghormati sesepuh Desa Janggalan (Mbah Djenggolo), " tandasnya. Kini, Pemerintah Desa Janggalan berencana menjadikan makam Mbah Djenggolo sebagai salah satu tujuan wisata religi di desanya.   Reporter: Yuda Auliya Rahman Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar