Kamis, 28 Maret 2024

Penobatan Amengkurat V Raja Mataram di Pati Jadi Saksi Koalisi Jawa-Tionghoa Lawan VOC

Cholis Anwar
Rabu, 25 November 2020 16:33:09
Ilustrasi penobatan Amangkurat V Raja Mataram di Pati dipamerkan kepada publik. (MURIANEWS/Istimewa)
MURIANEWS, Pati - Ada banyak peristiwa bersejarah di Pati yang belum terdokumentasikan. Salah satunya adalah penobatan Raden Mas Garendi sebagai Amengkurat V Raja Mataram di Pati dengan gelar Sri Susuhanan Amangkurat V atau dikenal juga Sunan Kuning. Penobatan tersebut sekaligus menjadi saksi tonggak sejarah koalisi Jawa-Tionghoa melawan VOC. Sayangnya tidak ada satupun lukisan atau foto yang menggambarkan peristiwa bersejarah tersebut. Atas dasar itu, Dinas Arsip dan Perpustakaan Pati membuat gambar ilustrasi penobatan tersebut.  Upaya tersebut juga untuk menjaga generasi bangsa, khususnya warga Pati supaya tak lupa akan sejarah bangsa. Kepala Dinas Arpus Pati Suwanto mengatakan, untuk merealisasikan ilustrasi ini, pihaknya menggandeng Djoko Wahjono, seorang seniman dan pemerhati sejarah Pati dari Yayasan Argakencana. Proses pembuatan ilustrasi ini sudah dimulai November tahun ini. ”Ada banyak masyarakat Pati yang tidak mengetahui peristiwa bersejarah ini. Sebuah peristiwa kolosal berdarah terlama dan terluas di Jawa melawan penjajah Belanda. Sehingga patut untuk dibuat ilustrasi agar masyarakat dapat mengetahui. Hasil visualisasi peristiwa ini, kami akan memamerkan di Galeri Pati Mbiyen Gedung Juang 45 Pati,” katanya, Rabu (25/11/2020). Menurutnya, peristiwa monumental penobatan Amnegkurat V Raja Mataram di Pati ini merupakan sejarah penting. Terlebih Pati juga menjadi lokusi yang patut diperhitungkan dalam perlintasan sejarah nusantara. Diceritakan, pada awal 1742, VOC berhasil menekan beberapa posisi Mataram dan Laskar Tionghoa. Pakubuwono II memutuskan untuk berbalik arah dan mendukung VOC. Dia meminta pengampunan VOC, karena orang-orang Jawa - Tionghoa kalah perang. [caption id="attachment_201218" align="aligncenter" width="880"] Pemerhati sejarah Pati dari Yayasan Argakencana Djoko Wahdjono (kanan) menunjukkan ilustrasi penobatan amengkurat v (MURIANEWS/Istimewa)[/caption] ”Niat Pakubuwono II mengubah arah perjuangan ditentang sejumlah Petinggi Keraton, Panglima Perang dan Bupati di bawah Mataram. Mereka tetap setia berjuang bersama Laskar Tionghoa melawan VOC,” ungkapnya. Sejak saat itu, perang melawan Pakubuwana II dan VOC berkobar makin besar. Pihak-pihak yang melawan VOC dan Pakubuwono II mengadakan rapat ke Pati, Jawa Bagian Tengah pada 6 April 1742. Mereka membahas soal siapa yang harus menggantikan Pakubuwana II. Akhirnya, Raden Mas Garendi disepakati naik tahta dan menjadi Amengkurat V. Pada saat itu pula dirinya dijuluki sebagai Sunan Kuning oleh para pengikutnya. Selain arena banyak pengikutnya yang berkulit kuning (Tionghoa), juga karena orang Tionghoa menyebutnya sebagai cun ling atau bangsawan tertinggi. Sejak saat itu, pertempuran demi pertempuran dilakoni oleh koalisi Jawa-Tionghoa. Mei 1742, komposisi pasukan Jawa-Tionghoa akhirnya semakin besar dengan terdiri dari seribu prajurit Jawa dan seribu prajurit Tionghoa. Perkembangan selanjutnya, komposisi pasukan Jawa menjadi lebih banyak ketimbang Tionghoa. Pada Juni 1742, Sunan Kuning dan pasukannya menuju Kartasura. Laskar Tionghoa dipimpin panglimanya bernama Entik, Macan, dan Pibulung. Laskar Jawa di bawah komando Kertawirya, Wirajaya, dan Martapuro. Sunan Kuning yang masih remaja tersebut dikawal oleh Patih Mangunoneng, Kapitan Sepanjang, dan Singseh. Mereka bertempur di Salatiga hingga Boyolali. Tak lama kemudian, Kabinet Sunan Kuning dibentuk. Mangunoneng diangkat menjadi Patih. Martapuro diangkat menjadi pelaksana harian komando pertempuran dengan nama Sujonopuro. Raden Mas Said Suryokusumo alias Pangeran Prangwadana diangkat sebagai Panglima Perang. Raden Mas Said sudah menerima pelatihan perang dari Kapitan Sepanjang. Namun kekuasaan Sunan Kuning sebagai Raja Mataram tak berlangsung lama. 26 November 1742, Sunan Kuning harus beranjak dari kursi Raja karena digempur oleh tiga pihak sekaligus: pasukan Pakubuwana II, pasukan VOC, dan pasukan Cakraningrat IV dari Madura. "Dari sejarah ini lah kami buat ilustrasi. Kami harap ilustrasi ini bisa membuat masyarakat Pati tahu bahwa di Pati pernah terjadi peristiwa besar yang menjadi semangat heroisme dalam keragaman," tutupnya.   Reporter: Cholis Anwar Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar