Jumat, 29 Maret 2024

Harga Jual Tinggi, Warga Pinggiran Hutan Blora Mulai Berburu Ungker

Nathan
Kamis, 19 November 2020 10:42:31
Warga tengah menjual ungker di pinggir hutan jati di Blora. (MURIANEWS/Priyo)
MURIANEWS, Blora - Berseminya daun pohon jati di kawasan hutan Blora, menjadi pertanda musim ungker atau entung (kepompong ulat daun jati) mulai tiba. Warga di sekitar hutan pun kembali berburu untuk dijual dan dimasak sendiri. Hanya saja, karena tidak serentak dan masih sulit diperoleh, harga kepompong dari ulat daun jati itu pun melambung tinggi. Pemburu ungker harus teliti dan hati-hati di bawah tegakan pohon jati. Di semak daun jati yang rontok dan kering, biasanya di situ dijumpai sejumlah ungker. Meskipun hasil yang diperoleh saat ini masih sangat sedikit, tetapi menjadi kepuasan dan menambah pendapatan. Terlebih harganya yang kini masih cukup tinggi. “Tidak sampai dapat satu kilogram sehari. Saat ini  takarannya per gelas (1 ons) dibungkus daun jati. Saya jual Rp 10.000/bungkus. Ungker ini baru ambil, bisa dimasak untuk lauk,” kata Sudarsih salah seorang penjual ungker asal Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Kamis (19/11/2020). Ia bersama sejumlah kawannya berjualan di tepi jalan kawasan hutan jati Blora-Cepu. Hanya saja menurutnya, ungker yang dijual bukan dari hasil mencari sendiri, melaikan membai dari para pemburu ungker. “Belum banyak, saya tidak lagi kuat ke hutan, jauh,  ini saya beli dari orang yang mencari. Harganya Rp 125.000,00 per kg,” ucapnya. Hal senada disampaikan oleh Sarti, penjual ungker lainnya. Meski sudah paruh baya ia rela kepanasan dan duduk di tepi jalan sambil menawarkan ungker kepada para peminat masakan yang tergolong ekstrem itu. Beberapa pemburu ungker berangkat ke hutan pada pagi hari, kemudian menjelang sore hari, hasil buruannya dibungkus dengan daun jati dengan takaran gelas. Selanjutnya ditawarkan kepada para pengendara yang melewati jalan tersebut. Budiyanti, salah satu pencari ungker mengaku berdasarkan pengalaman, keberadaan ungker akan mudah diperoleh ketika terik matahari berselang seling dengan turunnya hujan. Musim ungker seperti ini, hampir sebagian besar hutan di Blora daunnya habis dimakan ulat jati yang nanti menjadi ungker. Sumindar salah satu pembeli mengaku meski harganya masih tergolong tinggi, para penyuka ungker tetap rela merogoh uang untuk membeli. ”Sebenarnya mikir-mikir juga, harganya mahal. Tapi karena pingin masak ungker, ya tetap saya beli,” katanya. Ungker adalah salah satu kuliner khas masyarakat di Blora. Namun karena ungker hanya muncul saat pergantian musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, masakan itupun tidak selalu tersedia setiap saat. Musim ungker pun biasanya hanya berlangsung beberapa pekan. Tidak mengherankan jika penyuka masakan ungker akan memburu ungker saat musimnya tiba.   Kontributor: Priyo Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar