Jumat, 29 Maret 2024

Tim Ahli BPSMP Sangiran Beberkan Cara Konservasi Fosil dengan Bahan Sederhana dan Aman

Yuda Auliya Rahman
Senin, 16 November 2020 16:47:34
Tim dari Musem Patiayam sedang melakukan pembersihan awal fosil. (MURIANEWS/Yuda Auliya Rahman)
MURIANEWS, Kudus  - Tim Ahli Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran membeberkan cara merawat atau melakukan konservasi untuk fosil-fosil purbakkala dari kerak yang menempel dengan menggunakan bahan alami, dan sederhana serta tidak merusak fosil. Salah satu caranya yakni menggunakan jeruk nipis. Hal tersebut dikatakan Dodi Wiranto, Pamong Budaya Ahli Muda BPSMP Sangiran saat menjadi narasumber Sosialisasi Museum Situs Purbakala Patiayam di Hotel @Hom Kudus, Senin (16/11/2020). “Jeruk nipis itu mengandung asam sitrat yang memiliki kemampuan untuk mengikis sedimen yang terdapat pada permukaan fosil. Jeruk nipis itu relatif aman dan tidak merusak fosil tersebut. Dan bagi konsevatorya juga aman, karena dari bahan alam,” katanya. Prosesnya sendiri, lanjut Dedi, jeruk nipis yang sudah dibelah menjadi beberapa bagian, kemudian diperas. Setelah itu, hasil perasan tersebut, bisa dilulurkan ke permukaan fosil yang akan dibersihkan. Kemudian ditunggu beberapa saat agar cairan tersebut merasuk pada sedimen yang akan dibersihkan. “Lalu setelah meresap pembersihan kerak atau sedimen bisa menggunakan bantuan kuas, dental tool ataupun pisau tatah,” ujarnya. Selain itu, untuk konservasi penyambungan fosil yang ketika ditemukan tidak utuh (menjadi beberapa bagian) bisa menggunakan lem alami atau gondorukem yang diambilkan dari getah pohon pinus atau damar. Baca: Warga di Sekitar Patiayam Diajak Selamatkan Fosil yang Ditemukan Pihaknya juga sebelumnya sudah mencoba dengan bahan alami lainnya yakni lem gelatin dan anchor yang terbuat dari binatang. Dari uji coba yang dilakukan terhadap tiga lem tersebut, hasilnya lem gondorukem lah yang paling bagus. “Kami coba semuanya di bahan batu yang punya korositas seperti fosil. Dengan berat yang sama dan cara digantung dengan suhu yang sama. Yang jatuh pertama kali itu anchor, lalu gelatin dan yang terakhir gondorukem lah yang paling kuat,” ungkapnya. Meski demikian, menurutnya lem tersebut tetap lebih kuat lem buatan pabrik. Namun, untuk efek terhadap fosil sendiri akan lebih bagus dengan yang menggunakan bahan alami. “Kalau alteco itu kan kuat, tapi bisa merusak fosil dan fosil tidak bisa dibuka kembali. Jadi barangkali ada kerusakan di dalam fosilnya itu bisa dibongkar dan tidak merusak fosil. Beberapa waktu lalu saat kami ke Museum Situs Purbakala Patiayam saat konservasi kami sudah menggunakan jeruk nipis dan lem gondorukem,” tandasnya.   Reporter: Yuda Auliya Rahman Editor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar