Terinspirasi Sang Ayah, Kaligrafi Karya Pemuda Kudus Ini Mejeng di Museum Jenang
MURIANEWS, Kudus – Melukis kaligrafi sudah menjadi jalan hidup bagi Muhammad Thirozul Ahyar. Berawal mengikuti jejak sang ayah melukis kaligrafi, salah satu lukisannya hingga kini mejeng di Museum Jenang, Kudus.
Display kaligrafi sudah terlihat di teras rumah Muhammad Thirozul Ahyar. Setidaknya ada dua kaligrafi yang dipasang di teras rumahnya yang tak jauh dari Masjid Wali, Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus.
Di ruang tamu kediamannya ada tiga kaligrafi yang di tempel di dinding. Thiroz-sapaan akrabnya itu mengaku sudah melukis kaligrafi sejak lulus MA pada 2009 silam. Dia juga terinspirasi dari sang ayah yang juga hobi melukis kaligrafi.
Salah satu karyanya berupa kaligrafi ayat kursi berukuran 190×150 sentimeter dipajang di Museum Jenang Kudus hingga kini.
Ditanya soal alasan melukis kaligrafi, pria kelahiran Kudus, 24 Juli 1980 itu mengaku terinspirasi dari sang ayah.
“Terinspirasi dari bapak saya, KH Hamzah Asnawi. Beliau hobi menulis kaligrafi. Terus saya mulai menekuni,” katanya saat ditemui MURIANEWS, Minggu (08/11/2020) sore.
Saat ini Thiroz masih melukis kaligrafi sesuai pesanan. Mulai dari lukisan kaligrafi ayat kursi, istigfar, kalimah toyyibah dan beberapa lainnya. Karya tersebut dilukisnya di atas kanvas, stereofom, hingga pahatan kayu.
Ditanya soal harga, nominal yang ditarik olehnya bergantung pada ukuran kaligrafi dan tingkat kerumitan desain kaligrafi.
“Kalau harganya berbeda-beda. Tergantung ukuran dan juga bahanya. Kisarannya mulai dari Rp 750 ribu sampai Rp 15 juta,” terangnya.
Soal pemasaran, Muhammad Thiroz memasarkan ke beberapa daerah. Baik secara online maupun offline. Meliputi Kudus, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bekasi, Jakarta, Jambi, Palembang, Sulawesi, hingga Jayapura.
“Sistemnya mereka pesan, terus bayar lunas. Setelah itu saya mulai mengerjakan. Kalau mereka ragu, boleh pesan via Bukalapak atau Shopee,” terang dia.
Soal omzet, Muhammad Thiroz mengaku hasil melukis kaligrafinya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Ya cukuplah untuk biaya sehari-hari,” ujarnya sambil tersenyum.
Ke depannya, dia ingin memiliki galeri kaligrafi sendiri dengan tempat yang agak luas. “Harapan ke depan sih pengen punya galeri sendiri. Supaya ketika orang mau lihat lukisan kaligrafi saya bisa kelihatan. Kalau tempatnya sempit kan nggak bisa untuk display. Orang jadi nggak bisa lihat, langsung,” harapnya.
Reporter: Vega Ma’arijil Ula
Editor: Ali Muntoha