Jumat, 29 Maret 2024

FPKB DPRD Jateng Tegaskan Santri Harus Jadi Perekat Umat

Supriyadi
Kamis, 22 Oktober 2020 10:50:21
Ketua Fraksi PKB DPRD Jawa Tengah Syarif Abdillah. (MURIANEWS/Istimewa)
MURIANEWS, Semarang - Hari Santri tahun ini memang tidak dirayakan dengan berbagai seremoni seperti biasanya karena pandemi Covid-19. Meski begitu, momentum untuk mengingat, mempelajari, dan meneladani para kiai dan santri terdahulu tidak boleh hilang. "Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2015 yang lalu, Hari Santri ini bertujuan sebagai penghargaan terhadap jasa para kiai dan santri dalam mengawal kemerdekaan, dan baktinya yang sangat besar bagi negeri ini," kata Ketua Fraksi PKB DPRD Jawa Tengah Syarif Abdillah dalam siaran pers, Kamis (22/10/2020). Ia menjelaskan, penetapan Hari Santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober sebenarnya bukan tanpa alasan. Di tanggal tersebut pada tahun 1945 lalu, para kiai dan santri se-Jawa dan Madura menyepakati keputusan Resolusi Jihad. “Selama dua hari, tanggal 21 sampai 22 Oktober pada tahun 1945 para kiai dan santri se Jawa dan Madura berkumpul untuk memikirkan bangsa ini supaya terbebas dari para penjajah. Perkumpulan yang melahirkan Resolusi Jihad itu telah mengubah nasib bangsa, dari yang masih berada dalam cengkeraman penjajah menjadi merdeka sepenuhnya,” paparnya. Ia pun menegaskan, para kiai, santri, dan masyarakat pesantren secara umum sejak dahulu tidak hanya memikirkan dan mengabdi kepada umat dalam keagamaan semata. "Lebih dari itu juga turut memikirkan bangsa ini secara keseluruhan, persoalan ekonominya, politik, dan yang lainnya," terangnya. Kiprah para kiai dan santri dari dahulu bersifat keumatan. Karenanya hampir semua kiai dan santri selalu menjadi rujukan masyarakat dalam segala persoalan. “Kita bisa menyaksikan di berbagai daerah, masyarakat selalu meminta kepada para kiai untuk memberikan solusi atas segala problematika yang dihadapi. Jadi para kiai ini tidak hanya mendidik masyarakat dalam bidang keagamaan, tapi dalam banyak hal. Ini tentu menjadi tugas besar yang harus diikuti para santrinya,” jelasnya. DPRD Jateng dari daerah pemilihan kota santri Banyumas dan Cilacap itu lebih jauh menjelaskan, ada banyak persoalan di masyarakat yang dapat diselesaikan dengan baik oleh para kiai dan santri, misalnya perbedaan-perbedaan pemahaman agama, perbedaan pilihan politik, dan yang lainnya. Para kiai dan santri di masyarakat menjadi titik temu dan juru damai dari berbagai perbedaan. Peran para kiai dan santri dalam membimbing  masyarakat kita yang plural sangat diperlukan sekali. “Setiap kali ada perbedaan atau perselisihan, para kiai bisa menjadi penengah atau mediator, juru damai,” katanya. Hal ini, kata dia, seperti pesan yang disampaikan oleh salah satu pendiri pondok pesantren tertua di Indonesia, Pesantren Lirboyo Kediri kepada para santrinya, bahwa santri harus bisa menjadi seperti paku di masyarakatnya. Maksudnya, paku itu bisa merekatkan semua kayu yang beukuran besar dan kecil, yang mengarah ke kanan, kiri dan yang lainnya, tapi bisa direkatkan. “Nah santri harus begitu, mempertemukan dan merukunkan masyarakat dengan beragam kepentingannya dalam satu ukhuwwah atau persaudaraan,” pungkasnya.   Reporter: Supriyadi Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar